Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

cerita kepompong

26 Juli 2011   09:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22 5 0
Dalam diamku tetap kudengar,

"Kenapa rakus amat ini ulat" kata seorang bapak

"Memang ini hama perusak tanaman"sahut bapak yang lain

"Iya ini liat! sangat menjijikkan" timpal seorang ibu

"kalau begitu kita semprot saja dengan pestisida biar mampus" seorang ibu dengan semangat memprovokasi untuk membinasakan wujud lamaku.

"Iya tapi ulat jenis ini, nanti kalo jadi kupu-kupu bagus lho warnanya" celetuk seorang gadis

"Bapak-2 dan Ibu-2 tanpa kehadiran ulat-ulat ini, cerita kebun kita, cerita taman bunga kita tidak akan seindah dan tidak akan ada buah di kebun kita" gadis lain menambahkan komentarnya.

Keberadaanku dalam wujud lamaku ternyata banyak mengundang reaksi baik yang kontra maupun yang Pro, hahahahaa seperti bicara masalah kubu partai ya???

Kini dalam tahapan metamorfosa saat ini aku diharuskan dapat merenung, mawas diri, mendengar dan harus berjuang untuk dapat melalui tahapan berikutnya sehingga aku dapat bermanfaat bagi manusia.

Perjalananku akan kulalui dengan sebuah ujian yang cukup berat karena aku harus dapat melepaskan diri dari sifat egoisku, sifat rakusku, sikap ketidakpedulianku terhadap manusia dalam wujud lamaku.

Penantian ujian terakhirku tiba, resiko yang aku hadapi taruhannya tidak main-main, dimana bila aku salah langkah dalam mengambil keputusan akan fatal dan cerita kehidupanku cukup sampai disini alias tewas.

Dari cerita-cerita pendahuluku yang sudah lulus ujian, bahwa untuk bisa lulus harus kerja keras, disiplin, sabar dan yang pasti harus pasrah pada Yang Empunya Kehendak atau Sang Pencipta.

Kucoba membuka kulit kepompongku dengan susah payah, hati-hati   dan sedikit rasa sakit dan pedih bila kurasakan, namun semua rasa sakit itu menjadi tidak begitu terasa karena yang ada dalam pikiranku adalah : Aku akan menjadi seekor kupu-kupu yang indah dan dapat menjadi berkat bagi kaum manusia.

Perjuanganku akhirnya berhasil sempurna semuanya ini atas usaha kerasku , yang tentunya tidak luput dari kehendak Sang Pencipta bahwa aku harus ada.

Kini aku sudah menjadi kupu-kupu, dari jauh kudengar sayup-sayup ada decak kagum, ada suara nyanyian, ada untaian kata-kata puitis serta pujian-pujian atas keindahan sayapku, dan ucapan terma kasih atas tarianku yang tanpa sadar menyambung proses penyerbukan bunga-bunga sehingga menjadi buah bagi para petani.

Wahai manusia ceritaku hanya sebuah cerita, sedikit berbagi bahwa tidak ada tidak ada keberhasilan  tanpa pengorbanan, tiada kebahagiaan tanpa tangisan.

Salam kepompong

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun