Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Awas! Anak Kecil Menertawakan Perilaku Anda

22 Januari 2012   15:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:34 185 1

Satu hal yang paling sulit dilakukan orang tua adalah menjadi tauladan bagi anak-anaknya. Masalahnya karena ketauladanan terkait langsung dengan prilaku yang hidup. Bukan sekedar omongan yang tidak bermakna. Singkatnya ketauladanan adalah wujud dari kesesuaian laku dan kata. Ucapan dan tindakan.

Kalau kita mengajari anak untuk sabar, tak bisa kita hanya mengucapkannya. Harus ada tindakan dan prilaku hidup bagaimana sabar itu Anda praktekkan. Jika tidak, jangan harap anak-anak akan mendengarnya.

Seringkali kita mendengar anak protes sama kita. Protes itu biasanya muncul karena melihat secara langsung apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang kita omongkan.

Sering ketika saya naik motor bareng anak, tiba-tiba ada motor lain atau pejalan kaki yang memotong atau menyeberang jalan secara mendadak. Spontan saya kadang bilang, “huh…sialan”. Dengan spontan juga anak-anak protes sama saya, “kata baba di suruh sabar, kok baba sering marah?” secara langsung anak sebenarnya menertawakan kita.

Ada lagi yang disampaikan secara tidak langsung. Tetapi justru digosipin, sambil bisik-bisik, kemudian tertawa dengan teman sebayanya. Inilah yang saya saksikan suatu hari.

Waktu saya lewat depan sebuah rumah, ada seorang nenek tua yang jalannya sangat hati-hati karena ia kena penyakit stroke. Waktu itu ia hendak ke kamar mandi. Karena lama di kamar mandi, adiknya , seorang laki-laki yang kira-kira berumur 60-an, marah-marah sama nenek itu.“kalau ke kamar mandi, gak usah lama-lama,” katanya dengan nada marah.

Kebetulan di dekat bapak itu lewat 4 orang anak yang masih duduk di kelas 1 SD. Diantara 4 orang anak, satu orang merupakan cucu si bapak tadi. Teman cucu bapak ini ada yang bilang, “kasih tahu dong sama embah kamu, jangan marahin nenek itu. Kasihan kan?,” katanya penuh empatik.

“Ya tuh.. .nenek itu kan sudah tua. Masa dimarahi?,” kata teman lainnya.

Cucu si bapak ini tak kalah tangkas menjawab, “sudah…sudah…gak usah ikut campur. Biarlah itu urusan orang tua,” katanya sambil disambut tawa oleh teman-temannya.

Saya yang menyaksikan hanya senyum-senyum, ternyata anak-anak punya cara sendiri untuk menertawakan prilaku orang dewasa. Yang lebih membuat saya salut, anak-anak ini ternyata memiliki kepekaan yang justru berlawanan dengan si bapak tadi. Kepekaan melihat orang tak berdaya tapi masih disikapi dengan ketidakseimbangan emosi oleh orang dewasa.

Saya jadi malu, kecil-kecil sudah memiliki empati yang belum tentu saya memilikinya. Tapi saya akan lebih malu, jika prilaku saya yang tidak bisa memberi tauladan, justru ditertawakan oleh anak-anak. Semoga saya bisa belajar dari mereka.

Inilah catatan ringan saya. selamat malam.

Matorsakalangkong

Sumenep, 22januari 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun