Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Masyudi, Anak Muda Penggerak Ekonomi Warga Miskin

27 Oktober 2011   13:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:26 1035 2
[caption id="attachment_139778" align="aligncenter" width="563" caption="masyudi sedang menerima penghargaan dari Gubernur Jatim, bapak Soekarwo"][/caption]

Isu korupsi yang melibatkan politisi muda membuat masa depan bangsa ini seakan gelap. Yang muda diduga sama dengan generasi pendahulunya, tak memberi terang bagi bangsa ini. Yang muda tak juga menampakkan karakternya, malah rontok diterpa badai pemberhalaan uang. Tuntutan gaya hidup telah menjadikannya terjebak pada praktik culas, korupsi.

Di luar politisi, anak muda juga diterpa badai. Semangat nasionalisme diduga mulai rapuh. Kepedulian sosialnya makin melembek. Secara umum, etika yang seharusnya menggarami prilaku kesehariaanya tergerus oleh zaman. Pertanyaannya, jika anak muda tidak bisa lagi diharapkan, kepada siapa lagi bangsa ini dipertaruhkan?

Tak perlu pesimis. Pesimisme hakekatnya mengubur kita sebelum mati. Sebenarnya banyak anak muda tanpa gebyar da tanpa panggung yang bekerja membangun bangsa ini. Berjibaku mengasah asa, mengukuhkan kepeduliannya di tingkat akar. Salah satunya, orang ini.

Namanya Masyudi, masih muda, usianya sekarang baru 35 tahun. Ia adalah contoh anak muda yang secara total mengabdikan diri untuk kepentingan banyak orang. Ikut berjibaku mengentaskan ekonomi rakyat miskin di pedesaan.

Melihat persoalan kemiskinan yang melanda masyarakatnya, ia tidak tahan. Menyaksikan masyarakat miskin menjadi korban dari praktek rentener, ia memberontak. Berdasar atas survey kecil-kecilan yang dia lakukan, ia tercengang. Praktek rentener benar-benar menghisap habis rakyat kecil.

Menurutnta, di satu bank harian saja, misalnya, korbannya mencapai 3.311 orang. Mereka harus mengembalikan pinjaman dengan bunga sampai 50% . Hitungannya seperti ini, jika mereka meminjam uang 100 ribu, mereka dikasih 90 ribu. Sementara yang 10 ribu digunakan untuk uang administrasi. Pelunasannya diangsur setiap hari dengan membayar 5 ribu/hari selama satu bulan. Jadi,mereka pinjam 90 ribu tapi harus bayar 160 ribu.

Sebagai solusinya, berdua bersama temannya, ia pada tahun 2004 mendirikan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Baitul Mal Wat Tanwil Nuansa Ummat (KJKS BMT NU) di kecamatan Gapura, Sumenep. Dari dedikasinya yang total, BMT yang dulu hanya bermodal 400 ratus ribu rupiah, saat ini assetnya sudah 4,2 M. Dulu hanya hanya 3 karyawan, sekarang sudah 14 orang.

Membangun BMT yang bisa dipercaya butuh kerja keras. Selama 2 tahun, 2004-2006, ia bersama temannya hampir tiap malam door to door ke rumah masyarakat di kecamatan Gapura untuk mengajaknya menjadi nasabah BMT. Awalnya, banyak orang pesimis. Tapi berkat kerja kerasnya sejak tahun 2007 perkembangan BMT terus menunjukkan grafik menaik.

Saat ini, di sampingnya assetnya sudah 4,2 milyar, BMT yang ia pimpin memperoleh penghargaan sebagai juara I terbaik se Jawa Timur untuk katagori KJKS (2010), dan peringkat 2 untuk katagori KJK dan Syariah se Jawa Timur. Dan Masyudi sendiri pada 2010 memperoleh sertifikat kompetensi manager dari Badan Sertifikasi Profesi KJK (BSP KJK).

Uang Bukan Berhala

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun