Sebelum saya mengulas lebih jauh mengenai benci, ijinkan saya untuk berbagi sedikit pengalaman tentang diri saya dan sahabat saya ‘kebencian’ saat duduk di bangku SMP. Semua berawal dari sebuah pertemuan antara saya dan seorang guru baru yang mengajar pelajaran Bahasa Inggris. Saat itu saya yang duduk di bangku kelas XI tidaklah fasih untuk berbicara bahasa Inggris, bahkan jauh dari itu tidak banyak kosa kata yang saya ketahui atau dengan kata lain saya NOL BESAR. Guru baru itu adalah guru yang dipindah tugaskan dari kota ke desa. Guru itu tampak expert dalam berbicara bahasa Inggris, dan itu terbukti ketika mengajar, beliau tidak pernah berbicara bahasa Indonesia sepatah katapun, melainkan bahasa Inggris. Guru yang merupakan putra asli Papua tersebut dikenal sebagai guru yang sangat jarang tersenyum, perawakanya kekar, berkumis lebat dan mempunyai tatapan mata yang tajam. Selain itu guru itu adalah tipe guru yang sangat disiplin dan tegas.