Oleh Juniar Sinaga (Nurjannah)
Aku takkan mengenal dunia jika dulu ibu tidak melahirkanku. Bagiku ibu adalah satu sosok yang memiliki 2 peran dalam keluarga. Aku yang sejak kecil tinggal bersamanya, merangkai kisah kehidupan hingga aku tamat SMA. Aku berontak, saat Ibu yang selama ini telah menemani hari-hariku menawariku untuk langsung bekerja. Sementara keinginanku tak sesuai dengan apa yang diinginkan Ibu. Aku diam dalam keluh. Aku menangis dalam kegelisahan. "Aku tak mau langsung bekerja", lisanku terbata. Air mataku mengucur deras, mengaliri wajah luguku. Sudahlah nak, apa salahnya jika kamu bantu ibu untuk menghidupi keluarga", Ibu memelas. Uang dari mana untuk biaya, kalau kamu melanjut lagi", air mata itu mengalir diiringi isak sedihnya. Aku terdiam. Aku memang terlalu kokoh dengan keinginanku. Kutahu itu semua tanda sayang ibu padaku. Â Setelah beberapa episode kehidupan yang telah kami lewati, Â setidaknya banyak nasehat yang telah tersimpan dalam memoryku. "Nak, karena dirumah orang tua makanya kita bisa leluasa. ketika kita salah tidak terlalu menjadi masalah. Tapi kalau udah di rumah orang nak, tidak bisa seperti itu", nasehat itu membekas di benakku. Kala itu mungkin akau terlalu materialistis. Percaya jika sudah melihat kenyataan.