Dengan judul di atas, bukan berarti bahwa kita tidak boleh memiliki stres. Â Loh selama kita masih hidup di dunia ini, kita tidak menghindari stres. Â Bermacam-macam penyebab stres. Â Stres karena pekerjaan, pasangan hidup, anak, teman atau kolega di tempat kerja.Â
Stres itu tak bisa dihindari sama sekali karena dalam kehidupan sehari-hari ada konflik , ada tekanan  .  Namun, stres itu harus dikelola dengan baik, dan jangan biarkan stress menjadi depresi dan akhirnya menjadi keinginan bunuh diri. Baru saja terjadi seorang mahasiswa  UGM berinisial TSR,melakukan bunuh diri dari lantai 11 satu hotel di Kecamatan Depok, Sleman. Diduga masalah bunuh diri karena psikologi yang dialaminya.
Saya sendiri dulu waktu bekerja, paling stres kepada kondisi trafik yang selalu macet.  Saya hampir dua kali masuk rumah sakit tanpa mengetahui apa penyebabnya  kontraksi (kram) perut  saya  dan tanpa saya sadari saya seharusnya stop untuk menyetir sendiri.Â
Keterlambatan baru diketahui setelah saya menganalisa, tidak ditemukan penyakit apa-apa di Rumah Sakit. Â Begitu masuk kerja saya mulai lagi stres, berangkat maupun pergi. Â Akhirnya, saya menyadari diri saya . Jika saya biarkan terus menerus , Kesehatan mental ini akan menggerus Kesehatan fisik saya. Â AKhirnya saya mengambil keputusan tidak lagi menyetir mobil, naik "pool car", taxi atau apa saja. Yang penting saya tidak menyetir.Â
Penyebab stres yang umumnya dialami oleh pekerja saat ini adalah ketakutan kena PHK. Â Saat Covid terjadi, Â orang yang stress karena bekerja di rumah tanpa bertemu dengan kolega atau atasan. Â Kekhawatiran atau stres yang terjadi saat ini adalah tuntutan pekerjaan yang besar melampaui kapasitas. Â Ada yang mengatakan gaji tidak naik, tapi tanggung jawabnya makin besar.Â
Ketika stress akibat tekanan pekerjaan ,hal ini membuat  mental sangat lelah.  Ada yang bisa mengatasi sendiri dengan datang ke psikiater  atau datang ke teman dekat yang dapat dipercaya.  Memberikan solusi untuk meringankan beban mental yang datang bertubi-tubi dan merasakan tidak kuat untuk mengatasinya.
Memang  tekanan pekerjaan itu sangat berbeda diterima oleh masing-masing pekerja.  Ada yang sangat kuat menerima omelan, ketidak-puasan dari atasan, relasi toksik antara atasan dengan pekerja.  Namun, tidak sedikit yang merasa tidak kuat karena dia merasa sudah berjuang dan berubah tapi tidak ada perubahan dari pihak atasan/kolega.  Jadi dia ingin menyerah untuk ke luar dari pekerjaan.  Dilemanya, jika ke luar pekerjaan, belum mendapatkan pekerjaan baru, akan menambah beban baru bagi dirinya.
Expresi marah dan stress itu begitu besar, tetapi tempat atau fasilitas  untuk mencurahkan stress hanya sedikit .
Pengalaman ini dialami seseorang yang sedang stres . Â Saya sebagai seorang pendengar tentu tidak bisa memberikan hal-hal yang terbaik bagi dirinya karena kondisi orang yang sedang stres itu hanya perlu didengar dulu.
Ketika dia sudah selesai menyatakan kegagalannya, barulah saya mengatakan kepada orang tersebut, Â rekomendasi apa yang kamu pikir terbaik untuk mengatasi hal ini.
Akhirnya dia sendiri yang berpikir panjang, Â jika plan A tidak berjalan, dia harus lakukan plan B. Jika plan A maupun plan B tidak juga jalan, dia mengatakan dia akan istirahat selama satu bulan untuk menenangkan diri, agar dia bisa mendapatkan jalan yang terbaik dari yang terburuk.
Ternyata  solusi tidak selalu dari seorang psikiter karena seorang psikiter itu hanya menganalisa akar masalahnya , memberikan obat untuk penenang, dan memberikan feedback kepada pasien.  Tidak ada solusi yang tepat yang diberikan kepada pasien.  Hanya insight atau gambaran apa yang perlu dikerjakan oleh pasien.  Namun, semua tergantung dari kemampuan pasien untuk melakukan apa yang dinasehatkan atau justru mengabaikan.
Hari Kesehatan Mental Dunia
Tanggal 10 Oktober adalah Hari Kesehatan Mental Dunia yang mengusung tema "Make Mental Health & Well Being for ALL a Global Priority"
Prioritas global  dalam Hari Kesehatan Mental Dunia adalah makna kesejahteraaan orang-orang dengan gangguan mental  yang tidak beruntung bukan ditanggung pemerintah saja, tetapi oleh masyarakat umum.
Di Indonesia sendiri ada survey yang diadakan oleh Kompas, Â ternyata hasilnya adalah sebagai berikut:
71.7% : responden mengalami masalah cemas
72,9% : responden mengalami masalah putus asa
84% Â : Â responden mengalami tekanan psikologis
Akibat sakitnya mental ini pasti akan mempengaruhi  disfungsi sosial, menutup diri dan sakit fisik.
Sebelum Anda mengalami ketiga hal ini, Anda harus secepatnya minta bantuan kepada professional atau teman terdekat yang mampu dipercaya.