Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Bab 16: Akhir Sebelum Akhir, Ujian Nihai (I Always Need You)

27 Juni 2013   08:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:21 114 0
The time has come…
But it’s not over yet…
There’s little work must be done…
And it’s not easy…


Alhamdulillah, UN telah berakhir… Dan kini aku dapat santai-santai sejenak sebelum melanjutkan ke ujian Nihai, ujian dari segala ujian selamaku di pondok. Namanya saja Nihai yang artinya “Akhir", dikutip dari bahasa Arab. Ujian akhir sangat menentukan hasil kita selama belajar di pondok. Walaupun, ada sebagian

Setelah UN hari terakhir berakhir, kami -santri kelas 6- dikumpulkan di gedung Rektorat. Kami sangat senang sekali sehingga untuk berkumpul saja susah, hinggai suara ustadz Wahyu bergema…

"Tsanah sadisah! Man lam yanzil, fa’alaihi i’qob! Hatta ‘asyaroh, wahid, itsnani, tsalasa…" teriak beliau.

Mendengar suaranya kami langsung panik dan segera turun ke bawah. Untung saja tidak ada yang terlambat sebelum hitungam ke-10. Para kepa[a Sekolah akan memberikan ucapan selamat dan pengarahan untuk melaksanakan ujian Nihai nanti. Sambutan yang pertama disampaikan oleh ustadz Ghufron.

“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh" sapa ustadz Ghufron.

“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh" jawab kami serempak.

“Alhamdulillah, kalian sudah melaksanakan UN ini dengan sebaik mungkin, Tapi perjalanan kalian belum berakhir. Masih ada ujian Nihai yang harus kalian tempuh sebelum kalian haflah. Saya dan guru-guru yang lain selalu mendo’akan kalian supaya kalian diberikan kemudahan dalam melaksanakan ujian Nihai nanti. Masih ada 3 hari waktu untuk kalian belajar. Gunakanlah waktu itu sebaik-baiknya karena ada mahfudzot yang mengatakan, alwaqtu atsmanu minadz dzhabi, saya rasa saya tidak perlu memberikan terjemahannya karena saya rasa kalian sudah tahu, kalau ada yang belum tahu sampai saat ini keterlaluan. Semoga kalian sukses di masa yang akan datang nanti. Sekain dulu dari saya, kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh"

Selanjutnya sambutan dari ustadz Hasyim mengenai prosedur dan tata cara mengerjakan ujian Nihai.

3 hari kemudian…

Hari pertama ujian Nihai…  Mata pelajaran yang diujikan hari ini adalah Shorof, Munjid, dan ‘Imla. Sepeti biasa,ba’da Shubuh aku langsung mandi, sarapan, merpersiapkan peralatan tulisku. Waktu masih tersisa setengah jam lagi. Seluruh santri kelas 6 sudah meninggalkan asrama dan menuju ke masjid untuk mengulang-pelajaran yang telah di pelajari semalam. Bahkan ada yang bercanda dan berbicara entah apa yang dibicarakan. Terkesan meremehkan.

Setengah jam sudah sudah berlalu, ustadz Syarif sudah menyuruh kami untuk menuju GOR. Ujiannya berlangsung di GOR. Untuk putra di bagian kanan GOR. Kursi dan meja disusun rapi memanjang ke belakang. Di bagian tengah kosong dan di bagian kiri tersusun rapi meja dan kursi untuk putri. Pengawas hari ini adalah pak Kusen dan ustadz Syarif.Sedangkan putri diawasi oleh bu Diah dan ustadzah Siti Kholilah. Mereka mulai membagikan lembar soal dan lembar jwaban kepada kami setelah ada aba-aba dari kepala sekolah.

Hah? Ada bu Diah? Alhamdulillah kalau begitu. Ada pemandangan indah…, batinku.

Bu Diah adalah guru yang paling cantik menurutku. Wajar saja jika banyak santri putra yang suka dengan beliau. Dengan balutan jilbab biru mudanya, baju dan rok panjang biru tua, ditambah dengan kacamata yang membuatnya semakin manis. Tidak sedikit dari santri putra yang mencuri pandang kepada beliau sambil mengerjakan ujian. Sangat mengganggu kosentrasi memang, tapi itulah makhluk ciptaan Allah S.W.T yang tiada duanya. Kebetulan aku duduk di baris ke-3 dari depan, jadi aku dapat memandanginya dengan jelas.

2 jam sudah berlalu…

“Kriiiiiiiing…" suara bel berdering.

“Baiklah, anak-anak… Waktunya sudah habis. Lembar jawaban dikumpulkan di depan, lembar soal boleh kalian bawa."

Tapi belum ada satupun yang berdiri. Ada yang masih mengerjakan, ada yang sudah selesai tapi pura-pura mengerjakan -sepertiku- karena malu atau gengsi. Menunggu hingga ada yang berdiri, baru semuanya ikut berdiri. Uqi sudah berdiri duluan dan maju ke depan. Aku menyusuinya. Saatnya untuk kembali ke kamar dan tidur sambil menunggu Dzuhur…

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun