Aku, Berdua dengan senja Sayup terdengar lantunan ayat Al-Qur'an dari seberang jelas terdengar di ujung atap masjid sore ini senja ini lengan dan badan serasa sulit terlepaskan  lengket seperti bau burket, bubur ketek. Lempar saja aromanya pada senja yang sengaja tak menghiraukan nyanyianku. Senja yang payah senja yang pana sementara aku terus bertanya, di manakah adanya. Aku ingin senja yang aku terlena dipangkuannya, biarlah senja ini dinikmati semua orang, tapi yakinlah mentari esok adalah milik kita.... Kekasihku... jangan kau rebah di pelukan senja itu, aku tak ingin hatimu terpaut pesona merah jingganya. Rebahlah di sini, aku ingin terlena dalam harumnya melati yang menyerbak bersama jingga yang payah. Terlena dalam segenap rasa...rasaku dan rasamu... Jangan bakar hatimu dengan kerinduan terhadap Jingga yang tak hirau akan cintamu, hiruplah semerbak bunga yang ada di sekelilingmu. Ingin kuungkapkan rasa pada senja yang redup, pada hangatnya jingga yang telah lama kunanti. Tak pernah melati ingkar pada janjinya, janji pada keharumannya yang sejati. Tapi, mengapa masih kau risau pada jingga..?? padahal edelweis setia menunggumu di tempat yang beku. Ah,edelwis....setiakah kau padaku..?? kemarilah dan ajak aku menari menunggu senja Di satu titik, kelabu menari-nari dimataku. Sedang senja berjingkrak-jingkrak di kepalaku. Lembayung, mendekatlah...aku ingin melukis mimpi bersamamu. Aku terpaku dalam lukisan mimpi yang kau gores dengan kanvas rindumu. Tak mampu lagi merasakan semerbak melati yang semakin menyesakkan. Aku..kamu..diam dalam ruang rindu yang payah. Hiruplah semerbak ku yang ku racik hanya untuk rasamu. Senja itu memilih pergi di saat hati ini merindukanmu. Lelah ku mendorong onthel yang kempes ini tak ada arti.. karena kaulah sandaran kursi tak perlu kau rindukan senja. Tak perlu pula kau harap salam kedatangannya, biarkan ia pergi atau datang sesukanya. Karena ia bukan milik mu..
KEMBALI KE ARTIKEL