serentak jiwa tak tenang, meresah ketika kembali mengenang dirinya dalam suatu relung menghantarkan menuju persemayaman dua jiwa yang menyatu. nalar yang sulit tuk menyelaraskan antara perasaan yang terus mengerutkan fikiran dan jiwa yang letih kini mengusap diri yang tak mampu menyelam dalam kondisi yang semakin terpenjara dalam kedigdayaan hati. nurani yang menyapa kemana lagi arah yang kau tentukan ketika seluruh hatimu telah kau tautkan pada wanita yang kini jauh dalam penglihatnmu, tak mampu lagi kau temui dan berdua bersamanya. perjalanan hidup semakin berat kedigdayaan kian merasuk dan kembali menyeruak di tengah perjuangan tuk memahmi dunia. yang telah lama kian merasuk ke dalam nalarku yang hanya mampu bersekutu dengan bayangannya..!
KEMBALI KE ARTIKEL