Senja merekah jingga. Indah membuat hati bungah. Sirnakan segala gundah.
Di taman Rangkat yang tidak jauh dari rumahnya, terlihat Rena menikmati senja menunggu waktu buka puasa tiba. Sesekali terlihat dia tersenyum menyaksikan kupu-kupu yang menari indah mengitari area taman Rangkat.
“Rena!”
Terdengar satu suara memanggil namanya. Dia menoleh dan tersenyum melihat siapa yang datang.
“Bang Inin, ada apa?” jawab Rena sembari tersenyum
“Nih, ada surat.” Bang Inin memberikan surat dengan amplop biru muda itu kepada Rena
“Buat Rena Bang? Dari siapa?” rena mengernyitkan keningnya karena penasaran. Di lihatnya surat yang di terimanaya tetapi tidak ada nama dan alamat pengirimnya.
“Bang, kok tidak ada pengirimnya. Ini dari siapa?”
“Maaf abang tidak tahu itu tadi abang lihat di kotak pengirim saya baca buat kamu makanya saya anterin kesini.” Terang bang Inin
“Ya Sudah bang Inin pamit ya mau siap untuk berbuka” pamit bang Inin yang segera beranjak pergi.
“Makasih ya Bang.”
Karena penasaran Rena membuka surat yang diterima dengan hati berdebar.
Teruntuk Rena yang ku damba.
Dinda, ijinkanlah aku meluahkan rasa yang menyesak didada ini. Terlalu lama kurasa, dan kini ku ingin engkau tahu semuanya.
Sayup-sayup terdengar desahan
Di terpa angin malam
Menusuk menjerat hati menggelisah
Dada bidang seakan sesak tanpa nafas
Bila akan hadir kau peri penjajak
Kan ku jelang dirimu dalam sanubari
Kemanakah kan ku tandangkan sesak ini selain dirimu
Tiada sobat tiada karib
Untuk berbagi duka dan gelisah
Tanpa kusadari
Terpecik benih-benih kasih di hati ini
Membuat risau tapi ku tahu itu cinta
Kepadamu kasih permata hati
Kau hadir dalam relung hatiku yang paling dalam
Menyatu terpaku tanpa ragu
Resah ini sisakan galau
Mata sayu menatap bayang-bayangmu
Ku cinta, kusayang, kurindu padamu
Ingin ku peluk dan ku dekap dirimu takkan ku lepas
Dinda maafka aku
Aku mencintaimu
Ini adalah bulan puasa, bulan suci yang aku pilih untuk mengungkapkan rasa yang suci di hati. Semua akan ku buktikan kepadamu sedalam apa rasa ini untukmu.
Aku akan menunggu jawabmu. Bila ada waktunya ku ingin berbuka puasa denganmu. Walau hanya menikmati seporsi siomay di bawah pohon talok di ujung desa, bersamamu itu terlalu indah kurasa.
Ijinkan ku mengajakmu di malam takbir nanti, kita berdua berkuda keliling desa mengumandang takbir bersama. Kemenangan sesama dan merekatnya cinta kita berdua.
Yang mendambamu
Pangeran berkuda.
Rena tersenyum selesai membaca surat itu, sepertinya dia mulai tahu itu dari siapa. Mukanya seketika terlihat merona dengan senyum yang tersimpul sedemikian indah menambah cantik wajahnya yang putih.
Terdengar bedug magrib tiba. Rena beranjak kerumah untuk berbuka puasa.