Tadi siang tidak sengaja saya menyaksikan program infotainment pada salah satu televisi swasta. Saya yang jarang nonton tv di siang hari tiba-tiba ikut melongo menyimak curhatan seorang artis tentang hubungan asmaranya. Rasa ingin tahu saya akhirnya membuat saya enggan beranjak dari depan layar. Hingga sayapun akhirnya menyaksikan sampai tuntas.
Hubungan asmara Yuni Shara dan kekasihnya Raffi Ahmad menjadi pokok utama pada acara tersebut. Cerita yang awalnya menampilkan Yuni Shara mengikuti prosesi pemotongan hewan kurban sampai pada curhatan beliau tentang hubungannya dengan Rafi.
Seperti sudah sejak lama kita tahu. Dua insan beda usia itu telah menjalin hubungan kasih hampir lebih 4 tahun. Menurut penuturan Yuni selama dalam perjalanan hubungan mereka banyak hal yang telah mereka alami. Curhatan itu menjadi menarik bagi saya, karena saat itu Yuni Shara seolah mengeluarkan isi hatinya yang terdalam.
Sebagai perempuan mau tidak mau saya seolah merasakan apa yang beliau rasakan.Dari banyak kalimat yang diungkapkannya, yang paling mencuri perhatian saya adalah ketika dia mengatakan. Dia sering berdoa untuk Raffi agar mendapatkan pasangan yang seusia, seperti keinginan nenek Raffi. Dan agar tidak adalagi persoalan diantara mereka termasuk olok-olok teman Rafi yang membuat malu ibu Yuni.
Kalimat “membuat malu “ tersebut menjadi tanya besar bagi saya. Dan menggelitik saya untuk menuliskannya di sini. Yang dimaksudkan Yuni ternyata olokan teman-teman Raffi di berbagai acara yang dibawakan Raffi tentang statusnya sebagai janda. Ia menyatakan, “toh semua orang sudah tahu kalau dia sudah tua, bukan muda lagi. Janda punya anak, tapi apa perlu diulang-ulang?” Pernyataan itu sepertinya sudah sangat mengganggu Yuni, khusus ibunya. Menurutnya, teman-teman Raffi tidak kreatif, dan tidak memahami perasaannya. Meskipun dalam bentuk candaan. Namun sebagai manusia biasa ia punya batas kesabaran.
Saya menangkap dari apa yang disampaikan Yuni, ada ketidak nyamanan yang dialaminya. Meskipun saya menilai seorang Yuni Shara adalah wanita yang kuat dan tegar. Namun dia tetaplah manusia yang punya batas kesabaran. Mungkin bukan hal baru lagi di dunia hiburan kita. Terutama humor. Seringkali kebablasan saat melontarkan kalimat-kalimat humor. Candaan yang menjurus pada keadaan fisik seseorang. Kekurangan menjadi bahan olokan. Termasuk status. Seperti misalnya status janda Yuni Shara yang dijadikan bahan candaan paling sering di atas panggung untuk memanas-manasi Raffi.
Kita memang seringkali abai dengan hal-hal sepele. Termasuk menertawakan status seseorang. Jika saja itu terjadi pada diri kita, keluarga bagaimana rasanya? Apakah kita telah mati rasa? Untuk sekedar memahami betapa tidak mudahnya bagi sebagian perempuan menyandang gelar “janda” tersebut. Dan ketika hal itu menjadi biasa karena begitu banyak dikalangan artis peristiwa kawin cerai yang menyebabkan perempuannya menjadi janda. Apakah kita berhak menghakimi mereka dengan celaan-celaan yang merendahkan status mereka
Dari kasus tersebut tak bisa kita mengelak bahwa ternyata status janda masih menjadi bahan cibiran, dan dipandang miring oleh masyarakat di negeri ini. Terlepas penyebab dia menjadi janda. Karena perceraian ataupun ditinggal mati suaminya. Apapun alasannya, saya percaya sebenarnya wanita janda itu tak pernah menginginkan takdirnya seperti itu.
Andai kita mau berkaca, dalam islam seorang janda sekalipun tetap mendapatkan tempat terhormat. Ibunda Khadidjah adalah salah satu contohnya. Walaupun seorang janda ia adalah wanita luar biasa, tegar dan dikagumi banyak orang. Karena ia mampu berdiri sendiri dengan kakinya tanpa mau direndahkan.
Barangkali kita lupa, ada banyak orang dengan alasan yang berbeda akhirnya memutuskan sebuah hubungan pernikahan. Dan itu tak kan pernah bisa kita mengerti. Mungkin inilah yang ingin diungkapkan Yuni Shara. Sebagai peringatan kepada kita semua, bahwa ada batas-batas yang harus dijaga dalam mengolok seseorang dalam candaan. Termasuk menyebutkan berulang-ulang statusnya yang janda.
Selamat malam, semoga bermanfaat