Malam ini sengaja kutuliskan surat terbuka untuk sang presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau yang lebih akrab di sapa pak SBY yang juga ketua umum partai demokrtat. Kami menyadari, pemilu gubernur di riau tidak di menangkan oleh partai demokrat, dan pemenangnya adalah partai golkar, meskipun begitu bukan itu hal yang ingin saya sampaikan kepada yang terhormat pak presiden.
Riau memang bukanlah propinsi yang memiliki lumbung suara terbanyak di republik ini, namun satu hal yang perlu di catat oleh pak presiden adalah riau masih indonesia. Bencana asap yang melanda propinsi riau saat ini sungguh membuatku merasa gerah dan gelisah, meski pun diriku saat ini tidak sedang berada di riau.
berbagai pemberitaan di media online, media sosial hampir seluruhnya mengatakan bahwa kondisi asap di riau sudah membuat banyak masyarakat diserang penyakit. bukan hanya itu pak SBY, pendidikan anak-anak di bumi melayu itu sekarang tertanggu karena harus diliburkan melihat kondisi asap yang begitu tebal hingga menyebabkan udaranya sangat tidak baik.
mungkin bapak saat ini sedang asik di ruangan ber-ac, di temani buku-buku dan sebagainya. mungkin bapak saat ini sedang asik menghirup udara tanpa harus khawatir menghirup serta racun dari asap dari dibakarnya lahan di riau.kami mendo'akan bapak tidak mengalami apa yang kami sedang alami ini.
pak SBY sang presiden, kami sadar minyak kami, SDA kami, telah banyak di ikhlaskan untuk republik ini, kami juga tidak meminta balas budi dari itu semua. namun bagi kami orang melayu, ada sebuah etika sopan santun yang kami junjung tinggi. kami orang yang mengerti bagaimana memperlakukan orang yang telah berbuat baik kepada kami.
pak SBY sang presiden, kondisi asap beracun yang kami hirup yang sangat tidak baik untuk kesehatan generasi muda, dan juga sangat tidak baik bagi kehidupan haraplah bapak perhatikan. luangkanlah perhatian bapak dari partai sejenak. luangkanlah perhatian bapak sejenak untuk menginstruksikan, hanya menginstruksikan para pembantu-pembantu anda di pusat untuk membantu rakyat riau.
pak SBY sang presiden, mungkin kami tidak berarti apa-apa di mata seorang pak SBY, sama halnya sebelumnya dengan gunung sinabung yang masih di sumatra. setelah berbulan-bulan para pengungsi tidak mendapat perhatian dari pemerintah pusat meski pada akhirnya datang kesana setelah bertubi-tubi di beritakan, sesama anak sumatra saya ucapkan terimakasih. kami pun tahu, disana bukanlah lumbung suara dan pulau kami memang harus menyebrangi pulau jawa untuk sampai kesana.
pak SBY sang presiden, hari demi hari dilalui oleh anak-anak sekolah dengan menghirup udara beracun. hari demi hari kami di cekoki oleh racun-racun akibat di bakarnya hutan kami. kami hanya di berikan racun dari asap-asap itu, dan keuntungannya tidak di nikmati oleh masyarakat kami.
pak SBY sang presiden, aku sungguh gelisah melihat kondisi cuaca di propinsiku. sudah berapa kali pemerintah propinsi mengirimkan bom air, sudah berapa dana di habiskan untuk itu, masih tebal asap di riau.
pak SBY sang presiden, aku hanya bisa menuliskan ini, karena aku sangat gelisah dengan kondisi negeriku, negeri melayu riau.