Tidak masalah jika Suriah ikut-ikutan dalam masalah ini. Toh Hizbullah juga berafiliasi dengan Suriah. Yang menjadi pertanyaan besar, apakah sikap yang diambil Nusra terkait kasus ini? Apakah Nusra-yang sudah mengikat sumpah setia dengan Al-Qaeda-akan berbalik mendukung rezim Al Assad? Ataukah tetap memposisikan diri sebagai oposisi?
Hal ini tentu dilema bagi Nusra. Jika mereka tetap bertahan di pihak oposisi, maka posisi mereka semakin terpojok, karena koalisi oposisi tidak mengakui mereka lagi sebagai anggota oposisi. Juga, AS sebagai sekutu dari koalisi oposisi Suriah mencap mereka sebagai kelompok teroris. Hal ini tentu menghambat koalisi oposisi bila mereka tetap tergabung di koalisi oposisi Suriah. Kelompok yang menyatakan akan mendirikan negara Islam di Suriah ini juga tidak populer di kalangan warga Suriah. "Kami tidak ingin bangkit untuk berpindah dari kehinaan di bawah Assad ke situasi yang sama di bawah Al-Qaeda", begitulah pernyataan dari seorang guru wanita di Aleppo.
Padahal, Nusra termasuk paling getol dalam melancarkan serangan ke tentara pemerintah, terutama melalui bom bunuh diri. Namun, jika mereka dikeluarkan dari koalisi oposisi, apakah mereka akan menyeberang ke pihak pemerintah? Mungkin ini opsi yang menguntungkan bagi mereka, dimana mereka dapat menaikkan popularitas dengan cara yang sama dengan pemerintah; menggertak Israel. Namun, bagaimana mereka dapat bekerja sama dengan pemerintah, jika ideologi mereka mengharamkan pemerintahan seperti yang dianut Assad? Mungkin mereka juga akan dicap munafik jika menyeberang ke pemerintah, tentunya ini juga akan menurunkan kredibilitas mereka sebagai kelompok yang ingin menegakkan Islam secara menyeluruh (kaffah).
Pilihan yang sulit bagi Nusra. Apakah sikap yang akan diambil Nusra? Kita tunggu kelanjutannya di medan perang Levant