Batik merupakan peninggalan kebudayaan nenek moyang bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya agar tetap lestari. Munculnya industri tekstil batik menjadi pesaing utama bagi batik tulis yang dikerjakan oleh home industry. Jika dengan mesin tekstil, tentu dalam beberapa menit saja pekerjaan membatik akan cepat selesai. Tenaga manusia kini mulai digantikan oleh mesin-mesin pabrik buatan manusia itu sendiri.
Pengrajin batik tulis membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan sehelai kain batik yang berkualitas. Prosesnya yaitu mulai dari menggambar desain batik pada sehelai kain putih dengan pensil. Lalu menutupi desain itu dengan canting yang telah diisi oleh lelehan malam atau lilin .
Proses pemberian warna dengan cara mencelupkan kain batik yang telah dicanting. Lalu proses penguatan warna dengan di rendam kedalam air yang panas di tungku. Lalu di jemur agar warnanya lebih melekat dengan baik. Terakhir pelepasan lilin yang melekat di kain dengan bantuan air hangat dan alat logam tipis.
Kualitas batik tulis di dusun Keboan terkenal hingga di pasar pakaian kota Mojokerto. Pasar kain yang terkenal yakni terletak di pasar Kliwon. Berbagai macam sandang ada dipasar ini. Kain batik juga dijual di sini dengan berbagai harga yang sesuai dengan kantong konsumen.
Di Pasar Kliwon, ada satu keluarga yang mengandalkan hidup dengan berjualan batik. Keluarganya Pak Mustofa dan Bu Inah. Mereka mempunyai anak tunggal bernam Raffi. Ketika siang hari, angina berhembus sepoi-sepoi. Pak Mustofa menjemput anaknya yang akan pulang dari sekolah.
"Bapak minggu ini Raffi harus melunasi biaya sekolah sebagai persyaratan untuk bisa ikut ujian tengah semester" tutur Rafi pada bapaknya
"Raffi sabar ya Nak, bapak masih menunggu jualan kain batik laku di pasar". Jawab bapak
"Lha Pak, ujiannya sudah minggu depan. Bapak harus segera mencarikan uang untuk biaya uts Raffi." Tutur Raffi
"Iya nak, Bapak akan berusaha menawarkan kain batik itu pada setiap orang yang datang. Barangkali ada yang tertarik sehingga bisa laku dengan cepat kain batik dagangan bapak".
Saat di pasar, bapak Mustofa dan ibu Inah berbicara.
"Bu, Raffi minta sejumlah uang ke bapak untuk membayar biaya sekolah". Tutur bapak
"Bagaimana ini Pak? uang kita untuk kebutuhan makan sehari-hari saja pas-pasan. Dagangan batik kita di pasar Kliwon hanya cukup untuk keperluan makan kita sehari-hari. Jawab ibu
"Bagaimana ya Ibu ini? kalau uangnya tidak di siapkan dalam minggu ini Raffi tidak bisa mengikuti ujian. Kalau kita berniat untuk menyekolahkan anak agar pintar pasti ada jalan bu.
Kota Mojokerto itu kota kecil di provinsi jawa timur dengan tiga kecamatan. Pemimpin kota Mojokerto bernama Neng Ita.
Dalam rangka memperingati hari batik nasional, pemerintah kota Mojokerto mengadakan sayembara pembuatan desain sampul batik untuk buku tulis anak-anak. Sasaran peserta lomba yakni anak-anak di sekolah.
Juara satu mendapat Rp.500.000,00, juara dua sebesar Rp.300.000,00 dan Juara 3 Rp.200.000,00
Berita adanya perlombaan ini sampai di sekolah Raffi. Kebetulan Raffi ikut ekstrakurikuler menggambar. Guru ekstra mengikutkan Raffi dalam lomba cipta batik untuk anak-anak.
Raffi hari ini tidak dijemput bapaknya. Dia pulang sekolah dengan jalan kaki. Sesampainya di rumah dia bilang ke Ibunya kalau diikutkan lomba desain batik. Ibu Raffi terlihat begitu senang. Hal ini karena anak satu-satunya bisa mewakili sekolah untuk mengikuti lomba cipta batik.
Alhamdulillah ibu-ibu anak saya bisa di ikutkan lomba cipta batik mewakili sekolahnya. Anak saya memang kurang dalam pelajaran akademik. Tapi sejak kecil bakatnya memang ada di kesenian yakni menggambar. Sejak TK dia sudah menjuarai lomba mewarnai. Tutur ibu Inah kepada tetangganya
Selamat ya bu anaknya bisa dipercayai sekolahnya untuk mengikuti lomba desain batik. Semoga Raffi bisa menang dan mendapatkan hadiah uang yang banyak. Aamiin tutur tetangga Ibu Inah
Anak memang menjadi kebanggaan orang tua, namun kita tidak bisa memaksa anak untuk menjadi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Biarkanlah anak tumbuh dengan melakukan berbagai kesukaanya yang bersifat positif.
Kesenangan ibu Raffi ini membuatnya begitu berambisi agar Raffi bisa juara. Sebelum hari-h perlombaan. Raffi harus berlatih menggambar beraneka ragam jenis batik. Setelah itu melukisnya menggunakan cat air. Namanya anak-anak pasti masih suka dengan bermain. Sebelum latihan Raffi selalu meminta ibunya untuk dibelikan mainan bongkar pasang. Raffi mau berlatih jika diselingi dengan merakit mainan bongkar pasang.
Harga mainan bongkar pasang tentu mencapai puluhan ribu. Sementara untuk kebutuhan sehari-hari saja keluarga Pak Mustofa masih pas-pasan. Ditambah lagi ada tagihan dari sekolah untuk segera melunasi administrasi sekolah. Tentu dengan ikutnya Raffi dalam lomba desain batik ini membuat semakin resah Pak Mustofa. Karena harus mencari tambahan uang dalam waktu singkat.
"Bu kita turuti saja kemauan Raffi, siapa tahu dia bisa memenangi lomba. Uangnya nanti bisa kita pergunakan untuk melunasi tagihan dari sekolah.
"Iya Pak e, tapi masalahnya kita dapat uang dari mana. Jika kita pinjam uang tetangga. Tetangga kita kemungkinan sulit untuk memberi pinjaman kepada kita karena penghasilan kita tidak menentu. Jika hutang ke koperasi tagihanya juga besar.
"Kita mengreditkan kain batik saja bu dengan bunga ringan yang tidak memberatkan pembeli. Jika dikreditkan pasti pembayarannya akan berkelanjutan. Meskipun tiap orang nanti membayarnya sepuluh ribu rupiah. Bayangkan jika yang mengambil lima orang saja. Tiap minggu kita sudah mendapatkan uang lima puluh ribu rupiah .
"Baiklah Pak, kain-kain batik ini akan saya tawarkan secara keliling di dusun Keboan. Barangkali ada teman-teman ibu yang tertarik dengan motif batik yang kita jual.
Ide Pak Mustofa membawakan hasil, beberapa teman Bu Inah ada yang membeli kain batik secara kredit. Jika dijual secara tunai mungkin lama lakunya karena pakaian itu kebutuhan tersier. Namun jika secara kredit atau angsuran pasti akan meringankan bagi pembeli. Penjual juga diuntungkan karena dagangannya laku.
Perlombaan batik dilaksanakan hari ini tanggal 2 Oktober 2019. Raffi meminta restu kepada kedua orang tuanya.
Raffi kamu harus menang, jika kamu menang kamu bisa membuat bangga orang tuamu ini Nak. Hadiah dari kemenanganmu nanti bisa ibu pergunakan untuk melunasi kekurangan pembayaran administrasi sekolah".
Harapan ibu Raffi yang memuncak ini membuat Raffi menangis tersedu-sedu.
Hiks. . hiks. . .
"Raffi kenapa kamu menangis?" Tutur Bapak
Aku takut kalah dalam perlombaan ini Bapak. Jika aku kalah aku akan mengecewakan Ibu. Karena tidak bisa membawa nama harum sekolah. Selain itu aku juga tidak bisa membantu membayar administrasi sekolah sebagai prasyarat mengikuti ujian.
"Jangan bersedih nak, lakukanlah dengan yang terbaik. Seperti saat kamu latihan di rumah. Anggap saja lomba ini bukan suatu perlombaan. Hanya sebagai tugas gurumu di sekolah. Jika kamu menggambar dengan baik kamu akan mendapatkan nilai yang baik. Namun jika gambaranmu kurang bagus. Bisa diperbaiki lagi pada lomba berikutnya. Kita selaku orang tua pasti menyadari kalau kemampuan anaknya hanya sampai sini. Percayalah Bapak dan Ibu tidak akan memarahimu nak meskipun kamu kalah."Tutur bapak
Nasehat dari bapak akhirnya bisa meluluhkan hati Raffi untuk tidak takut kalah dalam mengikuti lomba.
Peserta lomba ada sekitar sebelas anak. Akan diambil sebanyak lima anak untuk memperebutkan juara satu sampai tiga. Karya yang masuk lima besar berasal dari 70% penialaian juri dan 30% votting dari pengunjung yang hadir.
Saat pengumuman lima besar membuat penasaran bagi semua peserta lomba. Juri menyebutkan karya peserta mulai dari peringkat bawah. Raffi menundukkan kepala sambil mendengarkan suara pengumuman dari juri. Waktu terus berjalan, tidak terasa sudah peserta terbaik ke enam. Ternyata bukan nama Raffi. Maka terlihat wajah yang sumringah dan berbahagia. Dia dengan lantang bersuara . Horee, Aku berhasil masuk lima besar teratas!
Setelah masuk babak final. Raffi ditanyai juri mengenai pesan yang ingin disampaikan dari batiknya. Akhirnya Raffi mendapat juara tiga. Dia berhak mendapatkan uang Rp.200.000,00.
Tentu hadiah uang hanya bisa bertahan mungkin hanya seminggu. Rencananya digunakan untuk biaya sekolah. Yang membuat bahagianya itu bertahan lama adalah karya Raffi telah dipatenkan oleh pemkot Mojokerto. Karya batik Raffi akan menjadi cover sampul buku tulis yang bisa di beli di koperasi sekolah.
Karena Raffi berhasil menjadi Juara cipta batik dengan keterbatasan ekonomi orang tua. Hal ini membuat salah satu guru di sekolah Raffi ingin lebih jauh mengetahui tips untuk bisa memenangkan lomba. Gurunya adalah penulis lepas di blog warga kompasiana.com.
"Raffi kamu tadi saat menundukkan kepala lagi berdoa kepada Allah ya agar bisa juara? tanya Pak Guru
Tidak Pak, rasanya kok tidak adil ya Pak meminta kepada Allah untuk menolongku mengalahkan orang lain. Saya hanya meminta kepada Allah, supaya saya tidak menangis kalau saya kalah. Itu saja Pak Doa saya"
Mojokerto, 4 Oktober 2019
Salam