Aku suka senja lantaran kilauan cahaya jingganya yang lembut menyentuh raga, aku suka senja karena setiap kali ia berkata sampai jumpa, besoknya aku kembali menjumpainya kemudian menyapanya dan aku suka senja karena ia tak pernah mengeluh, tak pernah ada kata protes dan tanya mengapa ia harus begitu, terbit dari Timur dan terbenam di Barat. Sementara manusia yang hanya mempunyai waktu singkat, terlalu banyak bertanya dan protes dengan ketentuan sang Maha Kuasa.
Kali ini aku akan mencoba mendiskripsikan apa itu SENJA secara kasat mata. Senja yang selama ini selalu hadir mengantarkan malam dengan waktu singkat.
Senja adalah saatnya matahri masuk peraduan, menuntaskan tugasnya dan beristirahat hingga esok hari. Senja adalah saatnya pergantian suasana, dari teriknya siang menuju temaram dan diakhiri dengan kegelapan. Matahari begitu indah bulat sempurna bergerak perlahan membenamkan diri di ufuk Barat. Sebuah tugas yang telah dijalani dalam kurun waktu yang tak terbilang, menghambakan diri pada Alloh menerangi makhlukNya di Bumi yang fana.
Sewaktu aku masih kecil, seringkali aku menyambut senja dengan berlari, berteriak dan bersorak sambil memainkan layangan. Sampai akhirnya ibuku berteriak memanggil-manggil namaku untuk segera masuk kerumah, karena senja hampir usai. Langit yang jingga, burung yang bertengger rapi, ibu-ibu yang berteriak memanggil anak-anaknya untuk masuk kerumah, menghadirkan suasana hening, tenang dan damai.
Satu hal yang tak pernah aku lupa hingga kini, tatkla waktu senja tiba ibuku selalu mengingatkanku untuk selalu berdoa dan memohon kepada dzat yang Maha Kuasa agar kehidupan kita senantiasa selalu mendapatkan rahmat dan karuniaNya, saat itu pula aku melafadzkan doa yang sudah melekat memori ingatanku :
Ya Allah ya tuhan kami,
Ampunilah dosa hamba,
dosa saudara dan keluarga hamba,
dosa sahabat sahabat hamba,
dosa saudara sahabat dan seluruh umat baginda nabi SAW.
Ya Allah ya tuhan kami,
Berikanlah karunia, rahmat dan hidayahMu kepada hambamu ini agar senantiasa selalu berada pada jalan yang engkau ridhoi serta terhindar dari segala bentuk kemaksiyatan.
‘’Ya Rabb, berikanlah aku cintamu, hingga rasa sabar dan syukur ini semakin mengkristal’’ ajari aku tentang syukur yang lebih, hingga tiada letih hati ini untuk bisa belajar keikhlasan dengan sisa tenaga dan amal sedikit yang aku punya.
Itulah sederet do’a yang aku dapatkan dari ibuku, ketika temaram bayangan matahari yang beranjak mulai pulang dimana saat itu tak ada lagi kesibukan dunia yang dilakukan. Mungkin yang terdengar suara desiran atau suara jangkrik. Tak lama kemudian suara Adzan Mahgrib dari kejauhan  berkumandang dan menggema indah dari berbagai pelosok nusantara, seruan sakral untuk hati manusia yang merasa beriman.  Usai sholat maghrib aku kembali melafadzkan doa yang aku rangkai sendiri.
Ya Allah ya Tuhan kami, Waktu telah berlalu begitu cepat, tak terasa usia kini beranjak senja, bertambahnya usia telah menyadarkan hamba bahwa telah begitu banyak sekali rejeki, karunia dan rahmat yang telah Engkau limpahkan kepada hamba yang tidak bisa di ukur oleh manusia atau mesin paling cerdas sekalipun. Nikmat dan karuniaMu sungguh tak terkira, namun sayang terkadang aku lupa akan semua nikmat dan rahmat yang telah Engkau berikan kepadaku.
Namun, sebagai manusia, sudah sewajarnya dan sepantasnya hamba selalu berdoa dan meminta kepada Engkau Sang Pemilik Segalanya, Sang Maha Pencipta, Maha Pemberi dan maha Penerima semoga mengampuni segala kehilafanku selama ini.
Banyak cerita seputar senja. Banyak senja dilalui di berbagai belahan nusantara dan di beberapa  pelosok dunia dengan suasana yang berbeda. Ada yang melewatinya dengan senyum indah dan bahagia dan banyak juga yang terlewatkan begitu saja. Semoga kita bukanlah termasuk orang yang lupa akan nikmat dan karuniaNya seperti kita lupa akan segala ilmu yang ada di negeri senja ini. Semoga pada senja berikutnya kita masih tetap semangat mengukir kenangan indah di negeri senja (Al – Maghriby) ini.