Aku menatap kabut tipis yang terlihat seperti selendang bidadari dari balik kaca. Kabut itu turun sedikit demi sedikit dan terlihat transparan ketika melewati lampu jalan di tiang listrik yang bersinar kekuningan menerangi beberapa ruas jalan kecil di bawah balkon sana. Angin terasa lembut menyentuh rambutku yang basah dan kulitku yang baru setengah kering menebarkan aroma sabun mandi yang segar. Aku merasa ada sesisi kosong dalam rongga dadaku setiap kali aku menarik udara masuk ke dalam paru – paru. Udara yang dingin itu seolah – olah masuk menusuk satu sisi paru – paru dan menyelimuti, memenuhi rongga kosong di antara jantung di balik tulang rusukku. Bahkan aku merasa sekalipun aku mendapatkan setengah harta dunia rongga itu akan terus kosong, kepuasan tidak akan mampu mengusirnya.