Teks dan foto: Dedy Zulkifli
Menikmati liburan lebaran paling asyik ke luar kota. Saya dari Medan berencana ke Bukit Tinggi dengan sepeda motor memutuskan untuk bermalam di rumah seorang kawan yang berada di Pandan, Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara. Di kota kecil yang menjadi pusat adminstrasiKabupaten Tapteng ini saya mencoba melepas lelah setelah belasan jam berguncang di jalanan lintas sumatera.
Mendapat informasi bahwa di Pandan ada pantai yang indah dan banyak dikunjungi masyarakat telah membuat saya berubah pikiran. Saya tidak jadi melanjutkan perjalanan ke Bukit Tinggi besoknya. Rasa penasaran ini membuat saya ingin lebih mengetahui tentang pantai yang konon selalu ramai di kunjungi saat liburan lebaran itu.
Paginya, hari yang cerah menyuguhkan langit biru. Saya merasa beruntung, sinar mentari yang terasa lembut dan hangat seolah menjadi pertanda baik. “Semoga bisa menikmati indahnya pantai dan mengabadikannya dalam kamera untuk kali ini”. Harap saya dalam hati.
Setelah berjalan kaki kira-kira 10 menit, akhirnya tiba di Pantai Pandan. Pandangan menjadi luas bermil-mil jauhnya. Menatap hamparan laut yang biru bak lukisan alam yang sangat indah ini, membuat saya merenung sejenak. Jauh kaki melangkah hingga ribuan kilometer tak berarti saya telah mengetahui banyak. Tempat-tempat yang dekat malah kerap terlewatkan. Ya, seperti disini, pantai yang eksotik ini pun baru pertama kali saya injak.
Saya menarik nafas sembari memejamkan mata saat ujung kaki bersentuhan langsung dengan air laut. Mencoba menikmati desiran angin dan gerak ombak yang turun naik, pikiran saya hanyut untuk lebih menyesapi suasananya. Pelan-pelan saya menjauh dari jilatan ombak untuk duduk di antara bebatuan dan pasir halus. Rasanya ingin lebih lama lagi disini.
“Ombak di Pantai Pandan tidaklah terlalu besar. Dan hampir sepanjang tahun airnya selalu tenang” Kata teman saya yang tinggal disini. Hal ini pun bisa dimengerti karena kondisi geografis yang berada di sebuah teluk. Walau terpapar ombak ganas dari Samudera Indonesia namun melemah tiba di Pantai Pandan. Tentu ini menjadi tempat yang menarik untuk liburan keluarga. Disamping asyik dan menyenangkan juga aman untuk anak-anak bermain di pinggiran pantainya.
Langkah kaki kemudian saya ayunkan perlahan menyusur ke arah utara. Rupanya pengelolaan pantai belum terorganisir rapi. Kesadaran akan kebersihan pantai masih jauh tertinggal. Bagaimana tidak, pantainya banyak diseraki sampah plastik. Ini sungguh sangat di sayangkan. Di tambah minimnya tong sampah maka tempat ini berpeluang menjadi tempat pembuangan sampah terluas di nusantara ini.
Tidak jauh berjalan sebuah hotel bertingkat berdiri dekat pantai. Mungkin ini satu-satunya hotel yang paling dekat dengan Pantai Pandan. Dengan memiliki pasilitas speed boad siap menawarkan paket wisata ke beberapa pulau terdekat diantaranya, Pulau Poncan dan Mursala. Atau juga bisa menikmatiasyiknya menaiki banana boat dengan hilir mudik di sekitar pantai.
Semakin siang semakin ramai pengunjung yang datang. “Enggak ikut bang?” Tiba-tiba seorang lelaki menanyai saya. Rupanya salah seorang awak boat wisata mencoba menawariberperahu ke sebuah tempat yang di namai Batu Lobang atau Batu Gajah di ujung teluk. Dengan rasa ingin tahu saya ikut naik boat dan ternyata tidak se-wah yang di duga. Batu itu cuma sebuah batu karang seukuran dua kali truk dengan sebuah lobang di ujung batu. Kalau di mirip-miripi bisa jadi seperti gajah. Saya tidak kecewa karena dengan perjalanan 40 menit pulang-pergi cukup membayar Rp 10.000. Dan saya pun sudah terpuaskan dengan berperahu dan melihat sisi lain Pantai Pandan.
Sekembali dari melihat Batu Lobang saya berjalan naik agak menjauh dari pantai. Beberapa gubuk untuk tempat berteduh tampak berbaris rapi. Tidak jauh, sekumpulan ban tertumpuk di sewakan dengan kisaran harga Rp 8.000 – 15.000/harinya.
Disini ada di jual pernak-pernik (cendra mata khas) dengan berbahan dasar kulit kerang. Banyak ragam dan jenisnya. Pernak-pernik ini umumnya buatan tangan pengerajin Tapteng namun sebagian juga di datangkan dari luar daerah seperti gelang atau kalung khas daerah wisata indonesia lainnya.
Rasanya tak rugi saya menunda perjalanan ke Bukit Tinggi, Pantai Pandan memang indah adanya. Namun begitu, sepertinya beberapa “pekerjaan rumah” harus segera diselesaikan guna menunjang peningkatan kunjungan wisatawan. Salah satunya adalah perbaikan jalan Tarutung-Sibolga yang memang rusak parah. Akses jalan ini merupakan pintu masuk dari kota Medan. Setelahnya, tidak lupa membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan pantai dan laut. Di tambah dukungan pembangunan fasilitas kebersihan, baik berupa tempat sampah di sepanjang pantai maupun sistem pengangkutan sampah yang terorganisir. Mudah-mudahan Pantai Pandan menjadi “gadis cantik” yang banyak di lirik turis.###