Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Asmarandana; Mengenali Jodoh Lebih dalam Lagi

4 Oktober 2020   20:24 Diperbarui: 4 Oktober 2020   20:31 130 3
Cinta itu rasa atau transaksi saja? Saya mencoba mengawali tulisan ini dengan pertanyaan, harapannya adalah kita bisa meramu dan menganalisis diri kita.

Dalam mencari pasangan tentu kita memiliki kriteria yang sesuai dengan kita. Dengan prinsip kita. Dengan kata lain tolak ukurnya adalah kita.

Sebagian pendapat memberi pandangan bahwa konsep pasangan itu "suwarganing katut, nerakaning nunut" hal ini teruntuk pria dan wanita. Di satu sisi menjadi penyanggah, di sisi lain menjadi "estri" atau "estren" panjurung atau pendorong. Dengan kata lain saling melengkapi. Maka wajar, jika sampai hari ini "istri" berarti penyemangat hidup. Bahkan menjadi separuh jiwa; garwa, sigaraning nyawa.

Hal ini perlu dilihat dari kacamata yang beragam. Bibit, bobot, bebet bukan hanya semata pada strata, status, dan kepemilikan sosial, tetapi juga pada ruang prinsip akan kediriannya. Mengetahui hak dan kewajiban sebagai pria dan wanita. Sebagai suami dan istri, sebagai bapak dan ibu.

Tiga hal yang dipastikan oleh Tuhan; Rizki, jodoh, dan pati (umur). Dengan kata lain hal yang pasti bisa saja tidak atau tanpa dicari. Tapi tidak sesederhana itu memaknainya. Karena jodoh bukan semata-mata pertemuan dan korelasi yang dibangun antara pria dan wanita.

Jodoh lebih luas dari hanya sebatas interaksi psikologi atau seksualitas. Ia bermuara pada ruang spiritualitas yang akarnya adalah penerimaan. Nyumanggaaken, nrimo, lilo welo-welo.

Cantik, tampan adalah keinginan yang melekat. Tidak boleh dibuang, itu anugerah. Tetapi bukan itu yang menjadi prioritas.

Priorotas utama dalam jodoh adalah kesalingan. Rasa antar satu sama lain. Karena dengan begitu akan saling melengkapi satu sama lainnya.

Jodoh tidak bisa hanya diartikan sebatas pertemuan yang pas. Jodoh itu aturan main dari Tuhan. Engkau boleh mencintai siapapun, tapi engkau hanya berjodoh dengan siapa yang ditakdirkan Tuhan.

Sedangkan takdir muaranya adalah upaya. Dengan kata lain, untuk mencapai takdirnya maka ia perlu berupaya. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita, dalam konteks jodoh sama saja.

Yang diperlukan adalah upaya, analisis diri, mulat sarira, ngunduh titti wanci. Dalam Serat Paniti Sastra disebutkan bahwa ada perbedaan pandangan terhadap pria dan wanita, walaupun hal ini sangat subjektif sekali;

Wuwusekang wus ing ngelmi/ kaprawolu wanudyo lan priyo/ Ing kabisan myang kuwate/ tuwin wiwekanipun/

Dalam hal ini, wanita hanya seperdelapan ilmunya ketimbang pria. Sedangkan dalam ruang-ruang spiritual sangatlah berbeda.

Pada akhirnya, jodoh itu bukan masalah ketersesuaian dalam strata sosial. Tetapi dalam ruang yang paling dalam pada manusia; hati dan cintaNya.[]







KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun