Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Sebuah Pertanyaan

1 April 2010   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:03 173 0
Ada yang bertanya kepada saya:

"Kenapa Allah menciptakan manusia? Apakah hanya untuk kesenangan Allah saja?"

Jawaban saya:

Ada keterangan yang mengatakan demikian:

"Allah itu ibarat mutiara yang terpendam agar bisa terlihat, maka Allah menciptakan makhluk" .

Jadi, tak perlu kita punya prasangka bahwa terciptanya makhluk itu untuk kesenangan Allah, (Menurut saya) itu adalah paham yang keliru. Memang jika dilihat asal mula kejadian terciptanya seluruh makhluk, itu semuanya adalah atas kehendak-Nya. Tegasnya,  bahwa kita tercipta atas skenario Allah, akan tetapi tujuan Allah menciptakan kita sebagai makhluk-Nya bukan untuk kesenangan-Nya melainkan untuk menggali dan mengkaji kekuasaan-Nya dengan satu bentuk kegiatan kewajiban yakni 'Ibadah kepada-Nya.
Pemahaman kita melepaskan kehidupan yang kita jalani dengan meyakini pemahaman itu semua sudah diatur dan kita tinggal menerima tanpa ada usaha memilih dan memilah itu konsep 'jabariyah'. Begitupun ketika kita meyakini pemahaman bahwa apa yang kita lakukan itu adalah hasil usaha kita tanpa ada campur tangan yang Maha Kuasa itu adalah paham Qodariyah.

Lalu mana yang baik dan yang harus kita pilih sebagai konsep kehidupan dalam menjalani skenario kehidupan (takdir) dari Alloh ?


Tentunya (menurut yang saya pahami) kita harus mengambil konsep pemahaman, bahwa kita hidup memang sudah diatur oleh Allah, tetapi kita memiliki sifat dan memang sudah disifati sebagai makhluk kasby (makhluk yang membutuhkan sebuah usaha/proses) dalam menjalani kehidupan ini.

Kita ambil pertengahannya saja.

Maksudnya, dalam urusan takdir yang sudah ditetapkan oleh-Nya kita terima (Jabariyah) dengan catatan, kita harus melakukan sebuah usaha perbaikan, karena takdir dan ketetapan Allah bagi kita sangat dirahasiakan oleh-Nya.

Sedangkan dalam bentuk usaha duniawi menuju ukhrowi, kita ambil konsep Qodariyah, tetapi dengan tidak menghilangkan kekuasaan-Nya. Sebab, walau bagaimanapun kekuasaan Allah itu selalu menyertai kita.

Dalam hal ini kita harus pahami, bahwa semua kebaikan yang kita tanam, semuanya akan kembali kepada kita yang akan memanennya, dan kejelekan yang kita tanampun, semuanya akan kembali pada diri kita yang memanennya. Jadi, Allah itu tidak mengambil bagian dari keuntungan dan kerugian yang kita tanam. Allah cuma menentukan dan memberikan pilihan kepada kita dalam kehidupan ini, mau yang baik ? apa mau yang jelek ? mau pilih selamat/bahagia ? atau pilih celaka ? dalam kehidupan ini.

"In Ahsantun Ahsantun Li Anfusikum, wa In Asa'tum Falahaa"

"Waman Yasykur, Fainnamaa Yasykuru Linafsih"

Jadi, semua kembali kepada kita, sekali lagi bukan untuk kesenangan Allah kita diciptakan oleh-Nya.

wallohu a'lam

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun