Laut malam tak lagi tenang bergelombang
Resah menerortiap jengkal perasaan
Di mana cahaya malamku?
Pria di balik nahkoda mendesah
Asap rokok menantang tangisan awan
Tangannya bercanda dengan hujan
Mencipuk-cipukkan air pada wajah
Tangis langit tak selalu antagonis
Esok, akasia akan tersenyum dari hijau daun
Meski senyum itu berbalut gelisah pada ranting patah
Namun, malam tetaplah menjadi duri
Yang siap menusuk tiap senti persendian hati
Masih kusimak nyanyian kesunyian di lantai malam
Entah esok atau lusa, pepohonan 'kan berganti rupa di wajah pagi
Hingga tiada yang asing lagi
Hujan pun telah biasa terluka
Apalagi gerimis yang sering sekali meringis
Manakala malam telah bersemburat pucat
Kutitip pesan untukmu, hujan
Katakan kepada sang waktu
Agar segera melempar estafet pada fajar
Yang melukis warna dalam semburat biru jingga
Perahu ini kan terus berlayar
Walau hidup dalam lukisan hujan.