Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

I am not sorry! Australia Tak Akan Minta Maaf

19 November 2013   19:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:56 663 6
AUSTRALIA MENOLAK UNTUK MINTA MAAF

Bertolak belakang dengan sikap Tony Abbott di bulan September yang begitu apologetic terhadap Indonesia waktu berkunjung ke Jakarta, saat ini ketika Indonesia mengharapkan kata maaf dari Australia, tiba tiba kata tersebut rahib dari vocabularynya Tony Abbott. Padahal waktu itu Indonesia tak mengharapkan permohonan maaf, tapi TonyAbbott sepertinya ider cangkem minta maaf sana sini, termasuk ke Malaysia juga atas buruknya penanganan masalah pencari suaka. Tapi sekarang? Kenapa tiba tiba bersikap "it's hard for me to say I am sorry"? Ketika ada masalah penting yang memerlukan kata tsb?

Sebelumnya jawaban klasik yang dia lontarkan adalah bahwa dia tak akan berkomentar tentang intelligence matters karena itu bukan kebiasaan pemerintah Australia.

Tapi pagi hari ini di parliement house jelas jelas dia mengatakan ketidakmauannya minta maaf pada Indonesia.

"Setiap pemerintahan mengumpulkan informasi, dan setiap pemerintah tahu bahwa suatu pemerintah (negara) lain juga melakukan pengumpulan informasi (spying)".

"Australia tak bisa diharapkan untuk membeberkan details tentang apa yang dilakukan untuk melindungi kepentingan nationalnya dan Australia hendaknya tidak diharapkan untuk melakukan permohonan maaf untuk langkah langkah yang dilakukan demi melindungi kepentingan nasional Australia baik saat ini maupun dimasa lalu. Begitupun pemerintahan dari negara lain jangan diharapkan untuk minta maaf karena mengambil langkah langkah yang sama  (mengumpullan informasi/spying)".

Tony Abbott menambahkan bahwa spying tsb dilakukan demi menolong teman teman Australia dan sekutunya, dan bukannya untuk mencelakakan mereka.

Yang menjengkelkal adalah dia bersikap seoalah olah tak ada kesalahan yang telah diperbuat Australia. Dan yang lebih konyol dari sikap Tony Abbott adalah bahwa dia menganggap hubungannya dengan Indonesia sangat bagus dan kuat. Dan kalimat tersebut diucapkan setelah dutabesar Indonesia ditarik pulang dari Canberra! Dia ini ethok ethok kanca sinarawedi atau betul betul in denial. Masa kalau hubungan kedua negara begitu bagus dan kuat harus menyadap telpon SBY. Benar benar "toni" dia, waton muni!

APA DAMPAK TERHADAP HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA AUSTRALIA

Mari kita lihat beberapa scenario yang mungkin terjadi bila hubungan Indonesia-Australia memburuk. Yang jelas baik SBY maupun Marti Natalegawa telah mengeluarkan pernyataan bahwa kerjasama kedua negara di perbagai bidang perlu dikaji kembali, termasuk kerjasama terkait penanganan para pencari suaka akan ditinjau kembali.

Bila Indonesia benar benar mogok dalam melakukan kerjasama dengan Australia dalam masalah refugee, yang akan rugi adalah Australia. Karena negara yang dituju oleh para pencari suaka tersebut adalah Australia, sedangkan Indonesia adalah hanya negara yang dilewati saja dalam pelayaran mereka ke Australia. Bila Indonesia mengabaikan masalah ini maka dampaknya adalah akan semakin membludag jumlah para pencari suaka ke Australia. Dan akan semakin banyak korban yang mati di lautan.

Dari pihak Indonesia, pemerintah Indonesia harus waspada siap siap dengan agenda Australia berikutnya. Dalam hal ini adalah Indonesia mesti siap siaga dengan upaya pemisahan Papua dari NKRI. Bila ada yang bersorak riang dengan rusaknya hubungan antara Indonesia dan Australia, tak pelak lagi mereka adalah orang orang yang tergabung dalam gerakan Papua merdeka. Meskipun Tony Abbott dalam kunjuangannya ke Jakarta telah mengatakan bahwa dia tak akan mengijinkan Australia dipakai untuk grandstanding bagi mereka yang mencoba mengikis kedaulatan Indonesia,  tapi bila hubungan bilateral memburuk dan sudah tak ada kepercayaan di kedua pihak, sangat besar kemungkinan Australia akan mencampakkan apa yang telah diucapkan oleh Tony Abbott tersebut.

Mengingat bahwa kita sudah ada pengalaman dengan lepasnya Timor Timur dari pangkuan NKRI dimana Australia memainkan peran besar sebagai deputy sherriff in the region, maka besar kemungkinan hal yang sama akan terjadi lagi dan kali ini Papua yang jadi sasaran.

Dampak lain yang bisa diderita Indonesia adalah pariwisata. Bila hubungan dengan suatu negara tidak sedap, biasanya Australia akan mengeluarkan travel warning kepada warga negara untuk tidak mengunjungi negara yang tidak friendly terhadap Australia. Bila hal ini diberlakukan terhadap Indonesia, dampaknya pasti sangat terasa di Bali.

INDONESIA PERLU PEMIMPIN YANG TANGGUH

Meski kita berharap hubungan kedua negara bisa pulih kembali, kelihatannya keadaan akan memburuk sebelum jadi baik kembali. Dan bila keadaan memburuk sedangkan Indonesia akan menghadapi pemilu, akan sangat riskan bila rakyat Indonesia memilih presiden baru macam Jokowi atau Wuryanto.

Jokowi tak punya pengalaman berhadapan dengan negara tetangga seperti Australia yang masih terus perlu diwaspadai kepentingan nationalnya vis a vis Indonesia. Jadi akan sangat berbahaya menjagokan Jokowi jadi presiden. Dia akan mudah dipengaruhi oleh kepentingan asing dan pengalaman dia yang karbitan bukanlah kaliber seorang presiden.

Dan Wuryanto? Gak ada harapan juga. Ingat bahwa Timor Timor lepas pada waktu dia masih menjabat sebagai orang nomor satu di ABRI waktu itu. Dan dia melepaskannya begitu saja. Akankah hal yang sama dibiarkan terulang dibawah Wuryanto sebagai presiden? Jangan sampai deh amit amit.

Oleh karena itu orang yang lumayan berpengalaman saat ini bukan lain adalah SBY. Korban dari scandal penyadapan saat ini. Dia sudah banyak pengalaman dan tahu bagaimana harus bersikap menghadapi negara negara maju yang punya kecenderungan untuk adigang adigung dan suka memanfaatkan keadaan yang rawan suatu negara. Saya yakin secara keseluruhan dia masih layak memegang tampuk pimpinan negara ini.

AUSTRALIA LEBIH BAIK SEGERA MINTA MAAF

SBY telah mengeluarkan "please explain" pada Australia dengan batas waktu dua hari.

Jauh lebih bijak bila Tony Abbot paling tidak melakukan setara dengan apa yang dilakukan Obama terhadap Angela Merkel. Menjamin bahwa hal semacam itu tak akan terulang lagi.

Akan sangat fatal konsekuensinya bagi Australia bila Tony Abbott tidak meralat apa yang telah diucapkannya pagi tadi bahwa Australia tak perlu minta maaf atas scandal penyadapan tersebut. Indonesia terlalu penting bagi Australia. Dan merusak hubungan bilateral akan detrimental pada policy Tony Abbott tentang stop the boat (refugees). Karena yang bisa stop the boat adalah Jakarta bukan Canberra.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun