Jawabannya bisa tergantung pada banyak faktor tentu saja. Namun, jika Anda seseorang yang menghendaki perubahan sosial dan lingkungan, saya sarankan Anda berinvestasi pada si pebisnis perempuan saja.
Bukannya saya seksis, tetapi tahukah Anda bahwa kaum perempuan yang berwirausaha memiliki peluang lebih tinggi untuk berbisnis dengan motif atau tujuan demi mewujudkan perubahan di bidang sosial dan lingkungan sekitar mereka?
Pernyataan ini bukan karangan saya. Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 3 April 2012 oleh University of Cincinnati menemukan bahwa saat pria dan wanita memulai sebuah bisnis, wanita lebih mungkin daripada pria untuk mempertimbangkan tanggung jawab individu dan menggunakan bisnis mereka sebagai sarana untuk melakukan perubahan sosial dan lingkungan hidup.
Berdasarkan data skala internasional dari Global Entrepreneurship Monitor yang diteliti para ilmuwan tersebut, ditemukan bahwa perempuan 1,17 kali lebih berpeluang daripada laki-laki untuk mendirikan bisnis sosial daripada bisnis yang berorientasi laba. Perempuan juga 1,23 kali lebih berpeluang untuk mendirikan bisnis berorientasi lingkungan hidup daripada bisnis yang mengejar keuntungan finansial. Demikian ungkap peneliti di sekolah bisnis University of Cincinnati, Carl H. Lindner College of Business.
Selama ini kita memang hanya mengetahui banyak entrepreneur adalah pria yang aktif mendirikan startup/ usaha rintisan di bidang teknologi. Sementara itu, para wanita terlihat kurang dominan.
Namun, kini kita juga paham bahwa entrepreneurship tidak melulu didominasi pria. Kaum Hawa bahkan bisa menemukan jalur mereka sendiri dalam dunia entrepreneurship dengan motif dan misi yang berbeda dari kaum pria.
Temuan ini membuat kita juga bertanya apakah fenomena yang sama juga terjadi di Indonesia? Sepengetahuan saya, belum ada risYayasan Martha Tilaaret soal ini di tanah air.
Jika memang hal serupa terjadi di tanah air kita, setidaknya ini bisa menjadi pijakan bagi para pengambil keputusan di pemerintah agar memprioritaskan para entrepreneur perempuan yang membutuhkan suntikan dana agar bisa mengembangkan usaha mereka dan mencapai misi besar mereka dalam bidang sosial dan lingkungan hidup.
Satu contoh bagus yang sejauh ini saya tahu di luar negeri ialah "The Body Shop" yang didirikan entrerpreneur perempuan alm. Anita Roddick. Perusahaan kosmetik itu tidak cuma menjual kosmetik tetapi juga memperhatikan masalah ketimpangan gender, pemberdayaan ekonomi perempuan di negara-negara berkembang, perdagangan yang adil (fairtrade), dan konsumerisme yang etis.
Sementara di tanah air sendiri, saya menemukan "Sari Ayu" yang didirikan Martha Tilaar yang sudah sukses dengan merek kosmetiknya namun tetap tidak lupa dengan misi besarnya untuk memberdayakan perempuan. Ia mendirikan Yayasan Martha Tilaar untuk mendidik banyak wanita dan ibu-ibu tentang keterampilan yang berkaitan dengan pemeliharaan kecantikan yang dapat memberikan mereka kemandirian secara ekonomi. (*/ @akhliswrites)