Saya masih ingat bagaimana dulu populernya Symbian dalam beberapa jenis ponsel Nokia di pertengahan tahun 2000-an. Saya masih terkesima dengan ponsel-ponsel Nokia berkamera VGA yang saat itu masih tergolong canggih dan terdepan. Sayangnya, satu kelemahan ponsel Nokia yang dijalankan dalam platform Symbian ialah risikonya untuk terjangkit virus dan gangguan keamanan lainnya yang cukup riskan. Sementara di ponsel sederhana seperti Nokia 3315 saya saat itu, data pribadi akan tersimpan dengan aman, karena sederhana saja, ponsel itu tak terhubung dengan dunia maya. Dan saya sadar bahwa semakin populer sebuah sistem operasi, akan semakin tinggi pula risikonya terkena serangan virus, atau malware. Software jahat ini bisa membuat ponsel mengalami berbagai gangguan dari yang ringan sampai berat. Untungnya saya belum pernah harus mengalami serangan seperti itu yang misalnya bisa menghapus semua data dalam memori ponsel atau membuat ponsel terus menyedot pulsa. Sebagai jawara dalam dunia smartphone, ponsel-ponsel yang bersistem operasi Android menjadi sasaran empuk bagi pihak-pihak iseng dengan itikad kurang baik. Tidak heran karena jumlah penggunanya makin banyak dari hari ke hari, dan semakin tidak terbendung laju pertambahannya. Malware makin banyak dan payahnya belum banyak orang yang menyadari bahaya di balik malware itu. Apalagi di Indonesia, tempat banyak pengguna ponsel masih begitu abai dengan isu security isi ponselnya yang berharga. Baru-baru ini IC3, sebuah kemitraan antara FBI dan kelompok pendukung penegakan hukum
The National White Collar Crime Center (Pusat Kejahatan Kerah Putih Nasional), telah mengidentifikasi “Loozfon” dan “Finfisher” sebagai versi terbaru jenis malware yang telah diketahui. Sebagai informasi saja, ‘malware’ ialah software atau piranti lunak seperti program atau dalam konteks smartphone adalah aplikasi mobile yang tersebar melimpah di arena Android Market atau yang sekarang disebut Google Play. Menurut IC3, satu cara yang digunakan para kriminal untuk menyembunyikan malware Loozfon dari deteksi program antivirus ialah menyamarkannya sebagai sebuah iklan tawaran bekerja di rumah yang menjanjikan uang dalam jumlah menggiurkan hanya dengan mengirim surel. Setelah pengguna klik di iklan yang tampil, mereka akan digiring menuju situs web yang menambahkan malware itu pada smartphone yang digunakan tanpa sepengetahuan pengguna yang awam. Aplikasi ini kemudian mencuri detil kontak dari daftar kontak ponsel pengguna dan nomor ponsel pengguna. Sementara itu, Finfisher ialah satu jenis spyware, yang artinya software yang berguna untuk memata-matai pengguna ponsel. Spyware sangat berbahaya karena bisa mengambil alih komponen perangkat bergerak. Dengan kata lain, saat ponsel Anda terinfeksi spyware, seketika itu juga ponsel bisa dikendalikan dari jarak jauh oleh si pembuat spyware. Malware ini biasa disamarkan sebagai tautan/ link atau teks mengenai pemutakhiran atau update sistem, kata IC3. Di samping mengunduh software virus dari vendor yang tepercaya seperti Norton, FBI memberikan 5 kiat dasar agar ponsel Android Anda tetap aman dari serangan malware.
Gunakan enkripsi
KEMBALI KE ARTIKEL