[caption id="attachment_186193" align="alignleft" width="300" caption="Menulis dalam modus autopilot."][/caption] Saya mencari nafkah sebagai penulis bagi sebuah situs web perusahaan. Akan tetapi, satu hal yang terus menjadi tantangan bagi saya selama ini adalah bagaimana saya mempercepat langkah menulis saya. Dalam sehari masuk kantor (8 jam) saya hanya menghasilkan satu atau dua artikel yang tiap-tiapnya hanya berisi 400-500 kata padahal saya sudah didukung dengan referensi yang cukup memadai dan lengkap. Laptop sudah tersambung sepanjang hari ke jaringan internet. Semua situs bisa diakses untuk dijadikan rujukan (kecuali Facebook tentunya). Buku-buku sudah berserakan di depan saya. Toh itu juga tetap tidak membantu saya lebih cepat dalam menulis. Bisa dibayangkan berapa lamanya saya menulis dengan mengandalkan kepala sendiri! Dulu saya belum menyadari bahwa ini merupakan masalah. Beberapa bulan lalu saya mulai menulis blog. Karena blog-blog itu saya kelola sendiri untuk kepentingan sendiri maka saya bebas melakukan apa saja. Saya bebas untuk menulis secepat atau selambat yang saya kehendaki, memilih topik yang saya sukai dan menulis tentang itu saja jika saya mau. Sekarang saya masih melakukan kegiatan yang sama, yaitu menulis konten di web. Namun, yang berbeda ialah sekarang saya memiliki seorang atasan yang memantau kinerja. Tidak enak rasanya jika saya harus tetap dengan kinerja lamban seperti sekarang meski atasan tidak terlalu protes. Dalam hati saya juga sering berdalih bahwa artikel yang berkualitas perlu waktu untuk disusun, bukan sembarangan dalam waktu beberapa menit saja. Namun, dengan menengok beberapa situs yang dikelola oleh penulis dan blog-blog yang ditulis oleh blogger-blogger kenamaan di kancah internasional, saya tahu bahwa irama menulis untuk web haruslah lebih cepat dan dinamis karena begitu derasnya arus informasi di era digital sekarang ini. Layaknya wartawan dengan tenggat waktu yang menghantuinya, seorang penulis web dan blogger pun punya
deadline (yang lebih pas disebut
death line, menurut saya). Itulah mengapa saya prihatin dengan kemampuan menulis saya yang begitu lambat. Saya ingin menulis lebih cepat!!!!!!!!! Bagi Anda yang menghadapi masalah yang serupa dengan saya, inilah cara untuk mempercepat irama menulis kita. Saran ini saya sarikan dari tulisan
Jim Estill.
Langkah 1 - Mendaftar Tulislah dalam sebuah daftar ide dan konsep apa saja yang 'seksi' untuk diulas menurut kita (atau menurut atasan/ klien kita, jika kita menulis untuk orang lain). Bisa dengan sebuah daftar berisi poin, urutan angka, dan sebagainya. Medianya juga bisa bermacam-macam. Kita bisa memakai pulpen, pensil, dan lembaran kertas. Jika kita mendapat ide menulis dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mencatat, ketiklah ide itu sebagai pesan singkat (draft) dalam ponsel atau masukkan dalam fitur 'notes'. Bila ponsel kita adalah perangkat pintar seperti Blackberry atau ponsel pintar bersistem operasi Windows Mobile, tentunya lebih leluasa lagi untuk melakukan pencatatan ide.
Langkah 2 - 'Mengendapkan' Setelah mendapatkan ide dan konsep, kita bisa memilih untuk 'mengendapkannya' selama beberapa saat (bisa menit, jam atau hari). Selama beberapa saat itu, kita bisa kembali membaca daftar dan memikirkan kembali apa yang bisa dikembangkan dari ide dan konsep yang ada.
Langkah 3 - Mengembangkan, memangkas, atau meninggalkan Kembangkan setiap ide tersebut menjadi beberapa poin pokok yang kelak akan termuat dalam artikel. Bila tampak terlalu banyak, pangkas beberapa hal yang sekiranya tidak bersifat pokok. Jika tidak memungkinkan untuk dikembangkan, kita harus dengan lapang dada 'melepas' ide itu, baik untuk sementara atau seterusnya. Saya sering merasa sayang jika sudah menulis panjang lebar dan harus dipangkas, rasanya seperti membunuh anak kandung sendiri. Tetapi di situlah letak seni pengorbanannya. Jika sebuah poin tidak bisa cocok dengan sudut pandang artikel atau tidak selaras dengan poin-poin lain yang ada dalam artikel, 'seseksi' apapun dia, tetap harus dieksekusi.Di sini penulis harus memilih ego pribadinya atau kepentingan pembaca. Tidak memangkas berarti pembaca akan merasakan kejanggalan yang mengganggu kenikmatan membaca. Apabila dipangkas, itu berarti penulis harus merelakan buah pikirannya yang sudah susah-susah dipikirkan dan dicari-cari hingga pusing tujuh keliling.
Langkah 4 - Jangan menyimpan ide yang bagus Hmm, agak membingungkan memang tapi intinya adalah kita harus senantiasa mengedepankan ide dan konsep yang bagus. Jangan menyimpan ide dan konsep brilian itu untuk besok. Kembangkan dan tulis sekarang juga! Tugas kita sebagai penulis adalah memberikan yang terbaik bagi pembaca. Jadi jangan berikan pembaca sebuah artikel yang kita sendiri anggap kurang menarik. Langkah ini juga bisa mendorong kita untuk selalu menulis sepenuh hati.
Langkah 5 -Terobos kebuntuan Salah satu cara menembus blokade yang sering disebut
writers' block ini ialah dengan melakukan pemanasan. Duduk dan menulislah selama lima menit sebelum benar-benar menulis. Alternatif lain ialah berjalan-jalan, bersepeda, atau berlari. Cara lain ialah dengan menulis dalam beberapa sesi. Daripada menulis terus menerus selama beberapa jam, bagilah 20 menit dalam beberapa bagian. Mungkin hakikatnya kita hanya menulis selama 5-7 menit dan menghabiskan sisanya untuk melakukan kegiatan selain menulis. Namun, itu lebih baik daripada duduk merenungi ide dan menatap layar komputer dengan pandangan kosong dan rasa frustrasi selama beberapa jam tanpa henti. Tentu ini dilakukan hanya saat Anda mengalami kebuntuan saja. Jangan jadikan sebagai kedok untuk menunda-nunda.
Langkah 6 - Mencoba multitasking Tentu kita sudah pernah mendengar kata ini, seperti fitur
multitasking dalam ponsel.
Multitasking bisa diartikan sebagai "mengerjakan beberapa tugas (
tasks) dalam saat yang bersamaan". Yang dimaksud dengan
multitasking dalam menulis adalah mengerjakan lebih dari satu artikel dalam waktu bersamaan. Kadang saya juga melakukan hal ini, tetapi payahnya malah menjadi susah fokus. Namun, jika Anda menyukai cara menulis yang meloncat-loncat seperti ini, silakan coba. Risiko ditanggung pribadi masing-masing. ^_^
Langkah 7 - Sajikan dalam bentuk daftar Telah diakui banyak penulis konten untuk web bahwa membuat daftar (seperti format yang saya pakai sekarang) sangat efisien bagi mereka. Selain para penulis lebih mudah menata struktur dan aliran gagasan, para pembaca juga banyak diuntungkan dengan bentuk daftar (baik yang memakai poin atau angka) karena artikel menjadi lebih mudah dipindai dan diambil intisarinya. Teristimewa untuk penulisan artikel di mayantara, gaya penulisan yang mirip penjelasan buku dan media cetak lain (berupa uraian mendetil, narasi, dan deskripsi panjang lebar) tampak kurang diminati oleh pembaca. Mengapa? Sebagian besar orang menjelajah mayantara untuk mendapatkan informasi instan yang bisa dibaca dalam durasi 1-2 menit (5 menit paling lama menurut saya). Tipis kemungkinan para pembaca membaca kata demi kata dari sebuah artikel yang berupa paragraf-paragraf biasa seperti dalam buku teks. Mungkin ada beberapa dari Anda yang bertanya mengapa poin kedua (mengendapkan) terdengar agak bertentangan dengan judul yang memuat kata "20 menit". Menurut pemikiran saya, itulah inti dari menulis.
Secepat-cepatnya kita menulis, tetap diperlukan sebuah proses yang memakan waktu di belakangnya. Setuju? P.S.: Untuk versi asli dalam bahasa Inggris yang jauh lebih ringkas, silakan
klik di sini.
KEMBALI KE ARTIKEL