Meski sedikit penelitian yang mengangkat masalah ini, namun karena diyakini dan dilakukan dengan proses yang sakral, maka para penderita tersugesti dengan pengobatan. Mereka merasakan kesembuhan dari proses peramuan obat tersebut.
Â
Pemanfaatan tumbuhan dengan bahan dasar kulit dan akar kayu hingga diolah dalam bentuk minyak sudah dikenal sejak lama oleh suku Samawa di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan yang dilakukan pada bulan Muharram tersebut menjadi sebuah tradisi unjuk kebolehan dari semua ramuan yang ada.
Tradisi yang dikenal dengan "Malala" atau meracik minyak ini pada hakikatnya merupakan budaya turun temurun dan diyakini sebagai cara dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada. Misalnya pemnfaatan minyak dari bahan dasar kulit kayu, kelapa dan akar kayu Sagaloka yang hanya tumbuh di dataran Sumbawa.
Â
Tradisi Malala atau meracik minyak yang dilakukan pada bulan Muharam dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Sumbawa hingga saat ini. Pengolahan tumbuhan serta biji-bijian merupakan bahan dasar dari pembuatan minyak.
Berdasarkan penelitian dari Chusnul Faida Ulfa dari Departemen Sains dan Tehnologi Universitas Islam Negeri Malang menjelaskan bahwa terdapat 59 jenis tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan minyak. Tumbuhan yang paling dominan digunakan adalah jahe, ketumbar, kelapa, kelor, kayu sagaloka, pasak bumi, kayu lawang, sereh, kayu angin, cabe dan kunyit.
Â
Pada pengolahan organ tumbuhan yaitu dicuci, dipotong-potong menjadi beberapa bagian serta dijemur dalam waktu tertentu. Semua organ kemudian dimasukkan kedalam wadah yang kemudian diolah menjadi minyak diatas api yang menyala selama berjam-jam.
Sandro atau tabib kemudian mengolah bahan-bahan tersebut hingga menjadi minyak. Dalam beberapa tahap, biasanya minyak diolah menggunakan tangan diatas api yang menyala. Ini merupakan salah satu prosedur yang diyakini untuk memberikan sugesti bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam proses penyembuhan segala penyakit seperti patah tulang, ejakulasi dini, serta penyembuhan luka bakar.