Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Musik 2012: Album Perdana Konspirasi

30 April 2012   05:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:56 370 0
Berbekal sembilan lagu rock sejati, mereka menerjang! Sebagian keras menghantam, sebagian muram, sebagian lagi manis seperti cinta. Konspirasi, kumpulan musisi yang menyatakan diri berdiri di jalur alternative rock/grunge, mengeluarkan album perdana mereka yang isinya 100% melawan selera pasar musik negeri ini.

Apa mereka sudah gila? Barangkali, ya!

Konspirasi menderu sejak detik pertama. Raungan gitar dan hantaman drum menggulung di lagu pertama, “I Want It All”. Chorus yang catchy dan enak dinyanyikan bersama, yang adalah kekuatan Edwin sang gitaris dalam menulis lagu-lagunya, dirangkum oleh Che dalam nafas pemberontakan pada kenyataan yang mengungkung.

“Aku lelah, ku lelah, selalu mengalah... Aku lelah, ku lelah, selalu bertahan...” demikian dia bernyanyi berulang-ulang, seolah merapal mantra.

“Lelaki” jadi lagu kedua. Lagu berketukan ganjil yang lebih lembut dibanding lagu sebelumnya.

Berikutnya adalah “Dilema”, yang juga adalah OST Dilema, film tentang politik kekuasaan bawah tanah Jakarta produksi Wulan Guritno. Muram dan luar biasa serius, khas Che.

Lagu keempat adalah favorit saya. “Melacak Jejak Purba”.

Lagu rock sederhana yang asyik, dan tentu saja keren sekali, tentang olok-olok terhadap agama. Otokritik pada kebutaan kita mengenai konsep benar dan salah yang sudah mendarah daging dan turun-temurun.

“Banyak berdoa lupa sesama... Rakus pahala! Agama kau sebut mata uang, buat beli surga!” demikian petikan lirik dari lagu tersebut. Hahahaha, kurang to the point gimana lagi, coba?

“Arogan”, lagu kelima di album ini, punya intro yang cocok sekali digunakan sebagai pembuka dalam konser-konser di panggung besar. Perpaduan drum dan gitar yang bertahap membangun momentum. Seperti badai yang perlahan membentuk diri di tengah samudera, untuk kemudian tanpa ampun menghantam pantai.

Kenyataannya, Konspirasi memang kerap menggunakan lagu ini sebagai pembuka konser mereka, seperti yang dilakukan di perhelatan Java Rockingland 2011 lalu.

Paling manis, meski bercerita tentang kisah cinta yang tragis, adalah “Melawan Rotasi”. Jika ada lagu yang pantas (baca: bisa ditelan mentah-mentah oleh audiens saat ini) muncul di televisi, inilah lagu itu! Dan ternyata memang lagu inilah yang mereka pilih untuk dijadikan single pertama, lengkap dengan klip videonya.

Penghujung album ini dihuni oleh tiga lagu keras.

“Koruptor” adalah luapan distorsi yang menggambarkan tumpahan kekesalan mereka, dan barangkali juga bangsa ini, terhadap kelakuan para koruptor yang semakin hari semakin tak terkendali.

Sedikit berbau power punk, “Libidinal” bercerita tentang gairah. Tentang birahi. Tentang insting paling primitif yang kita semua punya.

Lagu kesembilan, lagu terakhir yang merangkum wisata bunyi di album perdana Konspirasi ini, adalah yang paling keras diantara semuanya. “Stigma”! Benar-benar terdengar seperti gunung runtuh!

Jangan menilai buku dari sampulnya. Jangan menilai Konspirasi dari penampakan luar para personilnya.

Sesungguhnya dibalik wajah-wajah rupawan itu tersembunyi pemikiran dan cara pandang yang gelap tentang busuknya dunia. Tentang carut marutnya kehidupan kita semua. Dan, tentu saja, energi bermusik yang tidak sudi tunduk pada keterbatasan serta tekanan industri yang tak kenal ampun.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun