Jum si kembang desa Rejo Makmur. Ya, aku masih ingat gelarmu di masa lalu kita. Gadis ayu yang begitu lugu dan seolah tak terjamah peradaban yang telah kotor. Tapi itu dulu, Jum, saat kita berdua masih remaja. Sekarang gelarmu sudah bukan lagi si lugu. Kau telah menjelma wanita dewasa yang tau bagaimana menghasilkan banyak uang, bahkan dengan cara kotor sekalipun. Aku juga sebenarnya tak jauh beda denganmu. Aku mencari uang dengan cara yang tidak benar. Tapi aku tak menjual tubuhku, sepertimu. Bukankah setidaknya ada persamaan antara kita, Jum, tak bisakah kau terima kembali cintaku yang masih tetap bergairah untukmu. Aku masih memiliki rasa yang sama seperti dulu. Wajahmu selalu penuh amarah, tapi juga memancarkan birahi yang bergairah. Aku ingin memberimu birahi yang bergolak, bahkan lebih bergolak daripada sekedar candradimuka. Seperti gejolak cinta kita berdua beberapa puluh tahun yang lalukala kita masih remaja. Kau masih mengingatnya kan, Jum.