(344)
Waktuku kecil hidupku
Amatlah senang
Senang dipangku dipangku dipeluknya
Serta dicium dicium dimanjakan
Namanya kesayangan
Nabilah senang sekali bila bunda mulai menyanyikan lagu berjudul ‘Bunda Piara’ itu. Dia akan duduk dekat-dekat dan meletakkan kepala ke pangkuan bunda.
“Bun, aku kan kesayangan Bunda?” rajuknya manja.
“Tentu, kamu kan permata hati Bunda satu-satunya,” jawab bunda sambil memeluknya.
“Kalau begitu Bunda, bolehkah aku punya kesayangan juga?” tanya Nabilah sambil mengedip-ngedipkan mata.
“Belum waktunya sayang. Nanti, tunggu kamu bisa mengurus diri sendiri, baru belajar mengurus kesayanganmu,” tolak Bunda halus.
Ah, bunda selalu begitu. Nabilah menghentakkan kaki, mulutnya mengerucut. Naura, teman akrabnya sudah punya kesayangan, seekor kura-kura hijau yang diberi nama Kurkur. Asyik sekali memperhatikan Naura bermain bersama Kurkur. Kadang mereka seperti mengacuhkan Nabilah bila sedang bermain berdua. Naura akan memberi makan, membersihkan aquarium kecil tempat bermain Kurkur, mengajak Kurkur bercanda dan bercerita.
Bila sudah begitu, biasanya Nabilah ngambek dan pulang ke rumah. Rumah mereka bersebelahan, sekolah mereka pun sama, malah mereka duduk sebangku di kelas 1A. Kembar tapi tak sama, itu julukan mereka berdua. Nah, sekarang Nabilah tidak merasa kembar karena Naura punya kesayangan sedang ia tidak.
Sudah hampir satu minggu, Nabilah berusaha membujuk ayah dan bunda agar memberinya kesayangan. Tak juga berhasil. Kata ayah dan bunda, ia belum bisa mengurus diri sendiri dengan baik, apalagi mengurus binatang peliharaan. Walaupun sudah duduk di kelas satu, Nabilah masih sering minta dimandikan dan disuapi.
Demi kesayangan yang diidamkan, Nabilah berjanji bahwa dia akan berusaha mandi dan makan sendiri. Awalnya, hal ini agak sulit dilakukan. Gadis kecil itu jadi sering terlambat ke sekolah, karena ia makan dengan lama dan belum biasa mandi sendiri. Untung Nabilah tak berputus asa. Di akhir minggu kedua, ia sudah biasa makan dan mandi sendiri.
Hari yang mendebarkan tiba. Ayah, bunda, dan Nabilah pergi ke toko hewan peliharaan. Aneka jenis hewan ada di sana. Kelinci-kelinci lucu berlompatan dalam kandang. Kucing-kucing mengeong malas dengan mata setengah terpejam. Tikus dan hamster berlarian dalam boks. Anjing, mulai dari yang berukuran kecil sampai besar menggongong seolah menyambut Nabilah. Teman-teman Kurkur pun ada disitu, yang hijau, coklat, dan totol-totol.
Wah, Nabilah bingung. Mana ya yang akan dipilih menjadi kesayangan? Di tengah kebingungannya, seekor kelinci abu-abu melompat keluar dari kandang dan menghampiri Nabilah.
“Yang ini saja, Ayah. Lihat, dia mengiraku temannya,” pekik Nabilah girang. Ayah pun segera membayar di kasir, sambil tak lupa membeli makanan dan juga kandang untuk tempat kelinci beristirahat.
Malam menjelang, ketika mereka bertiga dan kelinci kecil tiba di rumah. “Halo, kesayanganku! Mulai hari ini, kamu, aku beri nama Tokki ya,” gumam Nabilah sambil memeluk kelincinya lembut. Tak sabar rasanya menunggu pagi supaya ia bisa mengajak Tokki untuk bertemu dengan Naura dan Kurkur.
Naura dan Kurkur beserta Nabilah dan Tokki, sekarang mereka menjadi kembar empat tapi tak sama. Naura ikut membantu memandikan Tokki, memberi makan, dan mereka berempat bermain bersama. Senangnya punya kesayangan.
Bunda, sebelum mengajak Nabilah ke toko hewan, telah memberitahu apa saja kewajiban yang harus dilakukan untuk memelihara hewan. Pertama adalah memberi makan dan minum. Kedua adalah menjaga kebersihan dan kesehatan hewan. Dan ketiga adalah memberi perhatian dan juga kasih sayang. Semua harus dilakukan oleh Nabilah dengan bantuan bunda, tentunya.
Tak terasa sudah dua bulan, Nabilah mempunyai kesayangan. Tokki tumbuh menjadi kelinci muda yang lincah. Sayangnya, Nabilah mulai tidak telaten mengurus Tokki. Kadang ia suka lupa memberi makan bila tidak diingatkan bunda. Kandang Tokki pun tidak rutin lagi dibersihkan.
Sampai suatu hari, Tokki terlihat lemas dan tidak mau makan. Nabilah langsung mengabarkan hal itu kepada ayah dan bunda, yang memutuskan untuk membawa Tokki ke dokter hewan. Menurut pak dokter hewan, Tokki mengalami gangguan pada perut. Karena itu, Tokki harus ditinggal dulu di tempat perawatan hewan sakit.
Pagi itu, deringan telepon membawa berita sedih bagi Nabilah. Tokki tidak dapat diselamatkan. Airmata Nabilah mengalir membasahi pangkuan Bunda. Bunda tidak menyalahkan Nabilah, ia hanya membelai rambut Nabilah sambil menyanyikan lagu Bunda Piara.
“Nabilah tidak boleh bersedih lagi. Tokki sudah tidak sakit lagi sekarang. Dia sudah senang bisa bermain bersama selama ini.”
Bunda membujuk Nabilah untuk berhenti menangis.
“Oh iya, Bunda punya kabar bahagia untukmu. Sekarang Nabilah tidak perlu hewan peliharaan lagi, karena sekarang Bunda sedang hamil adik buat Nabilah.”
“Betul, Bun?” Nabilah hampir melompat karena senang.
“Horeee, aku akan punya kesayangan lagi. Adik kecil yang lucu. Terima kasih, Tuhan, telah mengabulkan doa Nabilah.”
*****
Untuk membaca karya peserta lain: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/10/18/ffa-inilah-perhelatan-dan-hasil-karya-peserta-festival-fiksi-anak-di-kompasiana-599896.html Silakan bergabung dengan Fiksiana Community: https://www.facebook.com/groups/175201439229892/