Istri saya bercerita, tukang ojek yang biasa mengantar sekolah anak-anak, sebut namanya Mas Imam, baru saja kehilangan motornya (istri saya tak tahu merk motornya). Semula istri saya tertarik motornya dan ingin tukar-tambah dengan motor anak saya, namun Mas Imam tidak bersedia, karena motornya termasuk keluaran baru dan masih kredit.
Awal kejadiannya, seorang penumpang laki-laki minta diantar oleh Mas Imam ke daerah Lenteng Agung, yang lumayan jauh dari daerah kami, sekitar 10 km. Jarak ini sebetulnya di luar kebiasaan jarak jelajah tukang ojek. Pintarnya penumpang itu memilih motor baru. Tentu saja Mas Imam senang dan mengantarkannya. Sampailah ke tempat tujuan, yaitu di sebuah rumah kontrakan milik Pak Haji.
Penumpang ini terlihat sangat akrab menyapa dan berbicara dengan Pak Haji. Demikian pula Pak Haji juga akrab dan mengenalnya. Rupanya, penumpang itu sebelumnya memang sudah bertemu dengan Pak Haji dan sepakat ingin mengontrak rumahnya. Penumpang itu kemudian pinjam sepeda motor Mas Imam akan memboncengkan Pak Haji mengambil uang di sebuah ATM. (yang jelas jauh dari rumah Pak Haji). Agar aman di jalan, penumpang itu sekalian pinjam STNKnya.
Mas Imam percaya saja, Motor dan STNK diserahkan, karena percaya penumpang itu pergi bersama dengan Pak Haji. Siapa sih yang gak percaya kepada Pak Haji?
Sudah agak jauh, penumpang itu pura-pura akan menjumpai temannya yang rumahnya masuk gang, menyuruh Pak Haji turun dan menunggu di mulut gang. Selanjutnya kita tentu bisa menebak. Penipu itu kabur tak balik lagi. Biasanya sih Pak Haji adalah orang yang terkenal sabar, namun kalau disuruh menunggu terlalu lama, ya bosan juga. Pak Haji akhirnya pulang sendiri.
Mas Imam yang sudah lama menunggu merasa kaget melihat Pak Haji pulang sendiri. Ditanya keberadaan penumpang dan motornya, tentu saja Pak Haji tidak tahu, lha dia sendiri diturunkan di jalan. Selanjutnya Pak Haji menerangkan kejadian yang sebenarnya. Mas Imam sungguh terpukul, namun tak terpikir melaporkan ke polisi karena masih berharap penumpang itu kembali.
Hingga sore, penumpang itu tak kembali juga. Mas Imam akhirnya menyerah, pulang jalan kaki (dikantongnya Cuma ada uang 2 ribu rupiah). Saking linglungnya tak terpikir untuk naik angkot yang bisa dibayar di tempat tujuan (kan bisa pinjam teman sesama tukang ojek) yang dekat dengan pangkalan ojek.
Hari-hari ini Mas Imam terpaksa menyewa motor orang untuk pengganti motornya yang hilang. Istri saya dan ibu-ibu langganan ojek lainnya sedang berinisiatif membantu meringankan kesedihannya.
Saya yakin Tuhan telah menyediakan balasan yang setimpal untuk penipu itu, yang menipu Pak Haji sekaligus menipu Mas Imam. Mohon disebarluaskan modus operandi penipuan ini, terutama kepada tukang ojek yang pembaca kenal. Terima kasih. (Jakarta, 8 Juni 2012)
---------------
Sumber Ilustrasi: http://irsyadabdurrahman.blogspot.com/2008_11_01_archive.html