Tersebutlah di sebuah negeri yang tidak mengenal Allah, Tuhan Yang Maha Petunjuk (Al-Haadi). Seorang anak minta ijin kepada ayahnya untuk menikahi seorang wanita. Setelah ayahnya melihat foto yang ditunjukkan, dalam kekagetan berkata: “Jangan Nak! itu saudaramu, ibunya simpanan ayah, tapi ssttt… jangan bilang-bilang sama ibumu ya!” Anakpun menurut.
Di lain waktu, sang anak mengajukan pilihan yang lain dengan menunjukkan foto kekasihnya. Sang ayah lagi-lagi terkejut dan berkata: “Jangan Nak! Itu juga saudaramu, ibunya simpanan ayah, tapi ssttt… jangan bilang-bilang sama ibumu ya!” Anaknya merasa kecewa namun tetap menurut.
Ketiga kali sang anak mengajukan calonnya, tetap saja ayahnya terkejut dan berkata: “Jangan Nak! itu masih saudaramu juga, ibunya simpanan ayah, tapi ssttt… jangan bilang-bilang sama ibumu ya!”. Namun, kali ini sang anak tidak mematuhi perintah ayahnya, tetap ingin menikahi wanita itu dan melaporkan kepada ibunya.
Ketika menghadap, ibunya dengan tenang berkata: “Ya, ibu mendukungmu, tak apa-apa kamu menikahinya. Sebetulnya kamu juga bukan anak ayahmu, tapi ssttt… jangan bilang-bilang sama ayahmu ya!”
Demikianlah cerita penutup dari Pak Ustadz yang mengisi acara menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW – 12 Rabiul Awal 1433 H di kantor kami, pada Rabo, 1 Februari 2012 minggu lalu. Menegaskan rasa terima kasih kepada Nabi Muhammad yang melaluinya Allah berkenan memberi petunjuk, berupa peraturan-peraturan (hukum Tuhan) yang mengatur hidup umat Islam agar selamat di dunia dan akhirat. Salah satunya berkaitan dengan cerita di atas, adalah peraturan perkawinan dan siapa saja yang halal dinikahi.