Para pakar politik, Aristoteles yang kesohor itu menyatakan bahwa ilmu politik itu adalah seni tertinggi untuk mewujudkan kebaikan bersama (common and highest good ), itu awalnya sebuah ilmu politik begitu hebat konsepnya bila dilihat dari hakekat tujuan sebuah ilmu. Nah, sekarang bagaimana dengan politik ? gambaran politik begitu menakutkan, miris, intimidasi, intrik kotor dan pemutarbalikan fakta, mengagungkan kekuasaan dan untuk kepentingan sendiri atau partai politiknya. Panggung politik telah menjadi panggung para Kleptomania yang haus akan asset negara untuk dirinya sendiri.
Di negeri ini politik sering berending tak mulus / baik dalam pergantian pemimpin negara ( Presiden ) yang dengan setting kesalahan mereka harus tumbang oleh Rakyatnya sendiri.Rezim orde baru tumbang oleh demonstrasi mahasiswa saat itu, yang tak terkirakan sebelumnya.Kondisi ini diikuti oleh Rezim - Rezim penerusnya walau dengan bobot yang tak sama. Politik tidak memberikan kedamaian bagi para penyelenggara negara. Bahkan terkadang membawa permasalahan di dalam kehidupan mereka (sang Politisi) menjadi tak aman, dan tergerus oleh sepak terjang dalam dunia politik.
Lalu
mengapa politik tetap menjadi pesona menarik bagi sebagian orang ? Jabatan dan kekuasaan yang menghipnotis orang untuk bersaing dalam dunia politik ?. Dunia politik menjadi medan perjuangan mereka untuk mendapatkan dambaannya yang selama ini diinginkan. Beragam jawaban yang bisa kita ajukan kepada sang politisi.Sehingga aktifitas politik, jabatan itu tetap menarik, dan ingin direngkuhnya atau berada di tangan.
Simaklah teori dari Thomas Hobbes, mengapa berpolitik, pertama untuk memperoleh Power (kekuasaan), for self Glory ( untuk kemegahan diri ) dan untuk kesenangan hidup (pleasure).Inilah yang menjadi magnet bagi para politisi. Magnet inilah yang jika tak hati - hati akan membawa politisi menjadi terhina secara politik dan terhina secara Hukum.
Berbeda dengan mereka (Politisi) yang berjuang untuk menegakkan ideologi yang mereka yakini untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat / kepentingan umat. Sang politisi inilah rela melayani kepentingan rakyat dan berprinsip awal bahwa politik itu mulia untuk kebaikan seluruh rakyat. Bahwa berpolitk itu juga amanah yang hars ditunaikan untuk suatu kemajuan bangsa dan negara.
Politik itu kotor, lantaran dinodai oleh sang politisi yang beraktifitas politik diluar ETIK dalam berpolitik. Berpolitik takkan bisa melepaskan nilai -nilai Etik dalam tata pergaulan berbangsa dan bernegara. Ini harus menjadi nalar / logika sehat dalam berpolitik.
Sang politisi juga harus mempunyai konsep bahwa politik itu mulia, berbuat kebaikan untuk rakyat dan negara. sehingga menjadikan politik sebagai ladang amal bagi politisi, bukan mengecap dan malah membenarkan politik itu kotor dengan berbagai dalih politik.
Nah, bagaimana dengan aktifitas politik anda ? ambil politik kotor atau politik itu mulia. tentu saja politik itu mulia, dengan nalar dan logika yang sehat dan menyehatkan.
Sekian.