"Udah lah mbok jangan nangis melulu.. mungkin ini jalan terbaik buat simbok dan teman-teman simbok"
"Enak gimana nduk? Kon arep madhang opo mari doli ditutup? Simbokmu ini ndak punya keahlian apa-apa selain keahlian di ranjang! Huhuhu.."
"Hmmm, udah lah mbok, nanti aku cariin jalan keluar.. Emmm apa simbok melayani temen-temenku aja mbok? Gimana? Temen-temenku duitnya banyak kok!"
"Ealaaah nduk, simbok ini udah berumur, nggak kuat kalo sama yang muda-muda.."
"Terus maunya sama siapa mbok? Sama pak Widodo? Apa sama pak Bianto? Hayo pilih mana mbok?"
"Gimana ya nduk? menurutmu enak siapa?"
"Terserah simbok aja, katanya mau yang udah tua.."
"Emm kalo pak Bianto, nanti kalo simbok ilang gimana? Kan pak Bianto katanya suka ngilangin orang tiba-tiba.."
"Kalo pak Widodo mbok?"
"Ah kalo pak Widodo itu cuma boneka. Nggak asik kalo sama boneka. Mending sama guling nduk daripada sama boneka!"
"Yaudah mbok sama pak Bianto aja.."
"Ah emoh nduk, dia sering bilang bochor bochorr~.. Takutnya kalo 'itu' nya yang bocor.."
"Apa yang bocor mbok?"
"Ealah nduk, 'itu' pokoknya.. kon mesti ngerti lah~"
"Oooo paham mbok, yaudah pak Widodo aja mbok?
"Lha nanti kalo sama pak Widodo simbok malah dimasuki kartu, nggak kebayang nduk!"
"Ah simbok ini gimana. Katanya mau cari pelanggan, tak sodorin semua nama kok ditolak! Mau golput apa gimana sih mbok?! Pokoknya pilihannya cuma dua itu mbok."
"Yaudah nduk, panggil aja mereka, suruh kesini. Biar simbok bisa liat langsung sambil mikir."
"Okeee mbok, berangkaaaaaaaatt."
"Eh Eh eh eh nduk, Siniii!! Penting!!!"
"Kenapa mbok? Sudah menjatuhkan pilihan?"
"Lah kan doli wes ditutup, arep 'main' neng ngendi??"
"Ooo Iya mbok, lupa aku.. Hehehe"
"Owalah nduk nduk, makanya mikir pake otak kalo mau bertindak tu! Yo wis simbok tak nangis meneh, Huuu..huuu..huuu..huuu.."