Di tulisan satu kakek-kakek di kompasiana, kebaca komentar bersahut mendebat beda tulisan yang bagus dan tulisan yang dibaca banyak orang. Saya nggak mau ambil pusing. Bukan mau nyombong, jelek-jelek gini tulisan saya pernah dibaca jutaan orang, lho. Masa keemasan saya itu jauh sebelum ngompasiana. Mulai nge-blog, sih. Terjadi pada 2004 s.d 2005. Tapi tulisan yang dibaca jutaan orang itu bukan dalam bentuk konten blog. Ceritanya saya pernah membantu usaha spanduk milik keluarga sendiri. Spanduk Express. Pekerjaan saya, ya pembantu umum. Kalau pemesan spanduk tidak siap dengan desain dan pesan apa yang yang hendak mereka munculkan, ya saya bikinkan desain dan saya bantu mengarang pesan. Setelahnya ya pekerjaan dilanjutkan anak-anak workshop. Waktu itu era spanduk cetak digital belum ramai. Spanduk jadi. Kami kadang dapat order masang. Se-jabodetabek. Lokasi-lokasi strategis, terutama tempat-tempat rawan macet jadi pilihan yang ok. Begitu spanduk-spanduk yang ada tulisan saya itu dipasang, selama 3 hari saja, bisa dibayangkan berapa ribu atau juta pasang mata terpaksa baca. Kemacetan dan lampu merah bikin tulisan saya makin populer. Order pemasangan spanduk di kawasan puncak lebih seru lagi. Spanduk vila-vila. Sepanjang jalan, tiap beberapa meter, kami pasang spanduk, melintang di atas jalan. Dipasang Kamis malam, dilepas Senin pagi. Kalau saya tak malas lacak statistik berapa angka kunjungan ke kawasan puncak saban akhir pecan di Google, saya bisa tahu berapa taksiran jumlah pembaca spanduk buatan saya dan kawan-kawan. Ah, udah ah. Kalau diteruskan, saya nanti dianggap sombong gara-gara tulisan saya dibaca jutaan orang. Ahahaha! [caption id="attachment_150127" align="alignnone" width="545" caption="spanduk kayak gini nih yang saya ceritain. tapi yang ini bukan tulisan saya. gambar hasil nemu di medandaily.com "][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL