Kelanggengan suatu hubungan memang harus ada unsur sayang dan cinta. Dengan demikian bila masing-masing memiliki hal itu, sudah barang tentu akan ada upaya untuk saling menjaga dan mempertahankan, meskipun dengan cara berbeda-beda. Cara yang dilakukan bisa murni muncul dari diri sendiri, atau karena permintaan. Bila hal itu dilakukan atas permintaan, tidak akan muncul masalah di pihak yang meminta karena sesuai keinginan. Namun jika bentuk kasih sayang yang diberikan bukan karena diminta, kadangkala terjadi ketidakcocokan. Namanya juga manusia, bila muncul perbedaan, itu manusiawi.
Beberapa kali saya dapati sebuah hubungan yang lumayan aneh. Hubungan itu dijalani bersama tetapi salah satu pasangan sebenarnya tidak menikmati. Mengapa tidak menikmati tetapi tetap dijalani? Salah satu penyebabnya adalah rela berkorban, atau barangkali lebih pas jika dikatakan rela menderita. Karena kerelaan itu, saya tidak heran jika kemudian ada orang yang tetap bertahan meskipun menjadi korban kdrt (kekerasan dalam rumah tangga) dari pasangannya.
Rela menderita yang selanjutnya kadang-kadang dibungkus dengan istilah mengalah untuk menenangkan hati seringkali berakibat fatal. Perasaan itu bisa mengakibatkan cacat mental yang sudah pasti dialami dan cacat fisik bahkan tercabutnya nyawa. Kekerasan mungkin terjadi setiap hari. Bila kita menyimak berita media massa, sering diwartakan tindakan kekerasan yang terjadi dalam keluarga. Siapapun kecuali yang tidak memiliki perasaan pasti prihatin dengan kejadian itu.