Aku berdiri dengan tatapan kosong. Memandang lurus pada dedaunan pohon ketapang yang meranggas secara massal. Terlihat akar tunggangnya yang kuat menyembul dari sela paving terotar. Ku titi kenangan di sepanjang jalanan itu. Mengais kembali patahan-patahan kalimat yang masih tertinggal di sana. Oo, ingin sekali aku menggamit kembali tangannya. Dan mengajaknya pulang ke rumah yang seharusnya. Namun, ia memilih mengikuti bayangan semu dalam pikirannya yang tak dapat aku kenali. Dan pahami.
KEMBALI KE ARTIKEL