Kita tak bisa memilih apakah ingin dilahirkan oleh orangtua yang baik atau orangtua galak. Oleh keluarga miskin atau keluarga kaya.
Kita juga tak bisa memilih apakah ingin menjadi manusia berwajah cantik, tampan atau jelek. Menjadi pria perkasa, wanita anggun, atau setengah-setengah alias banci.
Sebab jika setiap manusia bisa memilih, maka semuanya akan memilih jadi anak orang kaya, jadi wanita cantik, dan pria ganteng. Nah, jika itu semua terjadi maka hidup jadi monoton, membosankan.
Padahal takkan pernah ada orang kaya jika tak ada orang miskin, tak ada lagi manusia tampan jika tak ada pembandingnya yang jelek. Buat apa kehidupan jika semuanya seragam.
"Jadi kamu jangan pernah mengeluh dengan keadaanmu. Hidup harus disyukuri." Begitu nasihat terakhir ibu Ramon sebelum dia meninggal dunia karena sakit.
Nasihat itu kembali dikenang Ramon saat dirinya merasa kesepian karena disekap di sebuah tempat oleh Jaka dan kawan-kawannya. Saat disekap, tangannya diborgol, mulutnya dibekap lakban.
Ramon sudah menebak, begitu persembunyiannya diketahui Gofar, ia segera akan diserahkan kepada Jaka, bosnya. Tentu saja Jaka marah sekali saat kembali melihat Ramon.
Pria berpenampilan lembut namun berjiwa sadis itu sempat menampar wajahnya. Jaka lantas menegaskan bahwa ancaman akan membunuh Ramon adalah bukan main-main.
Ramon yakin ancaman itu pasti dilakukannya. Hanya saja, belum sekarang. Kenapa? Karena Ramon masih dibutuhkan Jaka, bukan hanya sebagai orang yang tahu sejumlah rahasianya, tapi juga sebagai pemuas nafsu seksnya.
"Tapi nak, meski kamu tak bisa memilih dimana kamu harus dilahirkan, kamu tak boleh putus asa. Kamu tetap bisa mengubah dunia, paling tidak mengubah dunia di sekitarmu." Begitu pesan ibunya lagi,
"Semua manusia di bumi ini punya keunikan masing-masing. Punya kelebihan diantara kekurangannya. Jadi, percayalah pada kemampuan dirinya sendiri."
Petuah-petuah almarhumah ibu Ramon itu selalu dikenangnya berulang-ulang. Sebab, petuah itulah yang selalu menguatkan Ramon dalam menjalani hidup yang keras.
***
Ramon Rahardjo demikianlah ibu-bapak memberi namanya. Ramon diambil dalam bahasa Jerman yang artinya melindungi. Rahardjo adalah nama ayahnya.
Tadinya mereka juga hendak memberi nama Sheldon yang punya arti serupa dengan Ramon. Namun nama yang diambil dalam bahasa Inggris itu dianggap terlalu kebarat-baratan.
Dengan demikian nama Ramon diharapkan bisa melindungi keluarga, paling tidak dirinya sendiri. Sebab, saat masih bayi, Ramon sering sakit-sakitan. Nama itu diharapkan bisa menguatkannya.
Sayang ketika Ramon beranjak remaja, Rahardjo menikah lagi. Ibu marah tapi tak berdaya karena selama ini ia terlalu bergantung pada ayah sebagai pencari nafkah.
Ayah sendiri kemudian memilih tinggal bersama istri mudanya. Ibu makin merana, kemudian meninggal dunia karena sakit kanker rahim yang dideritanya sejak lama.
Ramon sempat tinggal bersama ayah dan ibu tirinya namun tak bertahan lama. Setelah itu ia memilih tawaran membantu pamannya, Nabil, di sebuah salon kecantikan. Nabil adalah adik paling bontot dari pihak ibu Ramon.
Menurut ibu, Nabil memiliki sifat seperti perempuan sejak kecil. Berada di lingkungan keluarga tujuh bersaudara yang semuanya perempuan menyebabkan sifat kewanitaan Nabil semakin kuat.
Nabil pun tumbuh sebagai seorang waria. Usaha salon kemudian ia tekuni setelah dewasa. Hingga kini, paman Nabil belum menikah. Ia tak menyukai wanita demikian juga sebaliknya, banyak wanita menghindar jika dijodohkan dengan Nabil.
Bersama paman Nabilah Ramon kemudian banyak belajar kehidupan. Belajar memotong dan menata rambut, belajar mode, belajar kecantikan, termasuk mempelajari bagaimana agar pelanggan bisa nyaman. Mengubah perilaku menjadi kebanci-bancian adalah salah satu pelajaran yang ia terapkan dengan baik.
Pada suatu malam ketika ia sendirian berada di salon, tiba-tiba paman Nabil datang dan mencumbunya. Ramon kaget dan secara spontan mendorong pamannya hingga terjengkang.
Giliran sang paman terkejut dengan penolakan Ramon. Hanya saja lelaki berumur 4O tahunan tak putus asa. Ia segera bangkit dan kembali memburu Ramon untuk mencumbunya.
Percobaan perkosaan oleh paman Nabil malam itu berhasil digagalkan. Namun akibatnya sang paman marah luar biasa. Ia mengancam akan mengusir Ramon.
Ancaman itu tentu saja membuat Ramon tak berkutik. Ia tak tahu harus singgah dimana lagi jika paman Nabil mengusirnya. Paman dan tante Ramon lainnya sebagian besar tinggal jauh di luar ibu kota, bahkan luar pulau.
Maka begitu paman Nabil memaksa melayani nafsu seksualnya, Ramon tak berdaya. Ia memutuskan meninggalkan paman Nabil setelah merasa punya uang cukup dan menguasai ilmu persalonan.
Di kawasan Tangerang ia nekat menyewa sebuah tempat dan menjadikannya sebuah salon. Ternyata tak mudah merintis usaha salon. Bisnis itu kemudian berkembang ketika ia pindah ke kawasan Mangga Besar.
Lalu Ramon pun merasakan benar-benar sukses setelah diajak oleh Jaka untuk mengelola usaha serupa di Surabaya. Hingga kini Ramon tak tahu bagaimana Jaka mengetahui bahwa dia bakal patnernya.
Selentingan yang berkembang, jaringan Jaka di dunia salon, bahkan dunia hitam memang luas, dari Surabaya hingga Jakarta. Lalu ia mendengar kabar tentang kemampuan Ramon dan langsung datang ke RR Salon untuk dipotong rambutnya.
Setelah ngobrol santai, tanya ini-itu, Jaka kemudian kembali keesokan harinya. Ia menawarkan menjadi patner bisnis dengan janji keuntungan luar biasa. Tentu saja Ramon tak perlu mengeluarkan dana sedikitpun. Semua ditanggung Jaka karena ia hanya membutuhkan keahlian Ramon.
Ternyata Ramon benar, usaha salon itu berkembang pesat. Dua tahun kemudian, Ramon ditarik Jaka agar berkosentrasi mengelola keuangan sekaligus mengawasi operasional semua salon yang ada. Itu adalah promosi luar biasa.
Dengan posisi itu, Ramon jadi lebih sering bertemu Jaka, bahkan menemaninya di sejumlah pertemuan penting.
Tragisnya sejak itu Ramon mengetahui siapa Jaka sesungguhnya. Sejak itu, Jaka seperti menjelma sebagai paman Nabil. Memaksa Ramon bercinta dengannya.
Beda dengan paman Nabil yang jomblo, Jaka sebenarnya punya anak-istri. Keduanya sama-sama memperkosa Ramon, bedanya Jaka lebih keji. Ia merasa sebagai kekasih sekaligus orang yang berkuasa penuh atas kehidupan Ramon.
Selain harus tunduk dengan permintaannya, Jaka juga tak mau melepas Ramon begitu saja dari cengkramannya.
Dengan kekuasaan uang dan jaringan pengaruhnya, Ramon dibuatnya tak bisa sembarangan kabur. Buktinya, pelarian ke tempat kos Arni merupakan kali keduanya. Dan ia kembali bisa ditemukan Jaka.
Maka mengingat Jaka adalah mengingat kengerian yang bakal dihadapinya. Ia yakin setelah menyekapan itu, ia akan ada penyiksaan yang lebih kejam. Ramon membayangkan kegetiran hidupnya belum akan berakhir.
Dalam kegetiran ia kembali teringat Arni. Perempuan itu mirip dengan ibunya, terutama dari sorot mata dan kepasrahan dalam menjalani hidup.
Bersyukur Ramon masih bisa bertemu dan telah menyatakan keinginan untuk menikahinya. Tapi apakah ia akan kembali bertemu Arni dan menjalani hidup sebagai keluarga sakinah bersamanya, Ramon tidak tahu.
Ramon hanya bisa berdoa, "Ya Alloh di bulan penuh Rahmat ini hanya satu permintaanku. Beri keselamatan dan rezeki melimpah buat calon istriku, Arni." (bersambung)
PSK Galau di Bulan Penuh Rahmat (7)
Kisah-kisah lain ada di sini