Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

PSK Galau di Bulan Penuh Rahmat (7)

29 Juli 2012   20:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:28 410 1
Ringkasan sebelumnya: Dalam kondisi tak berdaya, dengan tangan diborgol dan mulut dibekap lakban, Ramon jadi teringat nasihat almarhumah ibunya. Bahwa hidup selain harus disyukuri, juga dijalani dengan tidak putus asa. Selengkapnya...

Apakah ada manusia jahat sejak lahir? Pastilah tidak, karena pada dasarnya semua manusia dilahirkan sebagai seorang yang bersih. Hanya lingkunganlah yang kemudian membentuk manusia menjadi baik, sabar atau jahat, bahkan sadis seperti Jaka.

Nama asli dia sesungguhnya adalah Sujoko, orang Surabaya asli. Entah mengapa ia lebih senang dipanggil Jaka. Mungkin untuk mengalihkan asal-usulnya, karena nama Jaka identik dengan orang sunda.

Ya Jaka. Tinggi badan sekitar 165 cm. Kulit putih. Konon ada keturunan China dalam darahnya. Namun Jaka tak suka dikait-kaitkan dengan keturunan. Ia merasa sebagai orang Indonesia. Bangga dilahirkan sebagai Indonesia. Arek Suroboyo!.

Pembawaan Jaka ramah. Relasinya luas. Namun dibalik keramahannya, Jaka adalah sosok yang tegas. Ia memutuskan sesuatu dengan keyakinan penuh. Bahkan dalam hal-hal tertentu tergolong sadis. Pada setiap keputusan yang diambil, Jaka siap mempertanggungjawabkannya.

Ramon mencari tahu siapa Jaka sehingga menjadi sosok yang kadang-kadang begitu mengerikan. Ternyata ia dilahirkan di lingkungan yang jauh lebih keras darinya. Ayahnya seorang preman dan Jaka kecil sering dipertunjukan bagaimana sang ayah mempergunakan kekuasaanya.

Menakuti dan menyakiti seseorang adalah biasa bagi sang ayah. Hal itu justru dianggap semakin menunjukkan kekuasaannya. "Hidup ini keras Ka, untuk menaklukannya kamu harus jauh lebih keras. Lebih berani." Mungkin begitu nasihat ayah Jaka, sebuah nasihat yang tidak pas diberikan kepada seorang anak.

Sang ayah tak pernah bercerita bahwa dengan tingkah laku seperti itu hanya membuat banyak orang tersakiti. Banyak orang menyimpan dendam.

Terbukti suatu hari, Jaka kecil menyaksikan sendiri bagaimana sang ayah dibantai oleh musuh-musuhnya terkait perebutan lahan kekuasaan.

Pengalaman itu sangat membekas di ingatan Jaka. Seperti dalam film laga, Jaka bersumpah dalam hati, kelak setelah besar ia akan menuntut balas terhadap orang yang membunuh ayahnya.

Sejak itu Jaka di bawah asuhan ibunya yang menjadi penjual barang kebutuhan pokok di pasar. Tak seperti ayahnya, sang ibu mendidik Jaka dengan lembut. Ia menyekolahkan Jaka ke sekolah hukum karena sang anak bercita-cita menjadi penegak hokum.

Setelah besar bakat dari ayah-ibunya tercampur menjadi satu. Jaka menjelma menjadi pebisnis sekaligus preman yang menguasai masalah hukum.

Memang itu tak diraihnya secara instan. Saat mahasiswa dia sudah berjualan barang-barang black market selain menjadi aktivis kampus. Ia sering menjadi otak tawuran antar fakultas yang biasa menyertai pekan olahraga kampus. Menjelang lulus kuliah, Jaka sempat magang di sebuah kantor lembaga bantuan hukum.

Memasuki dunia kerja sesungguhnya, Jaka tergoda memperoleh uang cepat dan menjadi makelar kasus. Pergaulan dengan banyak pengacara hitam dan penegak hukum korup memunculkan kembali jiwa kepremanannya.

Salah satu bisnisnya paling berkembang adalah memasok PSK untuk kalangan pejabat dan penegak hukum seperti di atas. Pasokan itu sebagian diambil dari jaringan bisnis salon yang dimilikinya. Memang tak semua salon identik dengan pemasok PSK, namun Jaka memanfaatkannya kearah itu.

Dengan kekuasaan dan penampilan yang tajir, tak sulit bagi Jaka untuk memperoleh wanita cantik model apapun yang ia inginkan. Namun Jaka kemudian menikah dengan Jamila, anak seorang perwira tinggi di Surabaya. Ia sengaja melakukannya karena ingin pengaruh bisnisnya menjadi lebih luas.

Saat sang mertua berkuasa, Jaka menjadi sosok menantu yang manut, suami penyayang istri. Namun setelah mertuanya tak lagi menjabat dan kehilangan pengaruhnya, perlahan-lahan Jaka mulai menyepelekannya.

Karena tak berdaya. Mereka membiarkan Jaka bertingkah seenaknya, seraya mencari kesempatan kemungkinan menyalurkan pelampiasan dendam atas rasa sakit hatinya.

Yang tak pernah diketahui Ramon tentang Jaka adalah mengapa ia menyukai sesama pria? Mengapa pula dia yang dijadikan budak nafsunya?

***

Pintu kamar dibuka, Jaka muncul dengan senyum dibuat-buat. Ia kemudian melepas borgol dan membuka lakban di mulut Ramon. Tak lupa Jaka meminta maaf.

"Aku minta maaf yo say. Kamu mau kan memaafkan cacakmu" kata Jaka seraya mengelus pipi bibir Ramon dan hendak menciumnya.

Dengan reaksi spontan, Ramon membuang muka hingga mulut Jaka menabrak telinganya. "Ini kan bulan puasa cak. Dosa!"

Jaka menjauhi wajah Ramon. Ia seolah kena hawa panas begitu Ramon menyebut bulan suci umat Islam itu. Selama ini Jaka memang tak pernah menjalani puasa. Jaka bahkan tak jelas agamanya. Ia mabuk kenikmatan dunia.

"Ah, sok alim kamu, say" teriaknya.

Lalu Jaka mendekat lagi dan kembali merayunya. "Ini kan kamu juga yang bikin. Coba sayangku tak kabur, cacak tak harus memendam rindu sekian lama. Kamu kan kabur sebelum puasa."

Ketika Ramon tetap menolaknya, Jaka terpaksa mengeluarkan ancaman serius. "Kamu ingin yang halus atau yang kasar sih sayang. Kamu mau Gofar yang melakukannya."

Mendengar nama Gofar hati Ramon jadi ciut. Manusia itu seperti robot berhati iblis. Ia akan melakukan apa saja yang diperintahkan Jaka.

Ia pernah memperkosa Ramon dengan cara sangat keji atas suruhan Jaka. Bayangin pria kasar memperkosa sesame pria. Ramon tak mau mengulanginya lagi.

Maka ia pun akhirnya menuruti permintaan Jaka. Ramon meneteskan air mata tatkala disuruh membungkuk setelah melepas celanannya. Ia merasa sedang melakukan perbuatan sangat nista dan takkan pernah dimaafkan Alloh, Sang Maha Pencipta.

Namun sebelum melepas celana, Jaka tiba-tiba tergesa menerima telepon penting dari seseorang. Ramon menduga orang yang menelepon Jaka adalah orang punya pengaruh besar karena pria sadis itu segera mengangkatnya.

Jaka tampak mengangguk-angguk dan sesekali bilang siap kepada seseorang di seberang telepon tersebut.

Tanpa mempedulikan Ramon yang masih tertegun, Jaka kemudian keluar sambil memanggil Gofar untuk menemaninya pergi. Ramon kini dijaga hanya seorang pria kepercayaan Jaka.

Ramon belum mengenal pria itu karena tampaknya seperti rekrutan baru. Yang ia ingat, pria itu adalah orang yang membuat berantakan kamar persembunyiannya dan mengambil CD milik Arni.

Dalam penyesalan yang tak terkira, Ramon tetap bersyukur karena terbebas dari kebuasaan manusia berhati iblis, Jaka dan Gofar. (Bersambung)

PSK Galau di Bulan Penuh Rahmat (8)


Kisah-kisah lain di sini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun