Sejak kedatangannya, Miranda menjadi bahan gosip ibu-ibu. Meski perilakunya ramah dan kerap mengantar makanan kepada tetangga terdekat, statusnya sebagai janda muda tetap dipandang negatif. Status lain sebagai jago masak dan siap membantu ibu-ibu perumahan tak memberinya nilai tambah.
Beda halnya dengan kaum bapak. Kahadiran Miranda seolah menjadi angin segar bagi keseharian mereka. Para bapak kian bergairah dalam menjalani kehidupan sosial. Kegiatan ronda pun menjadi lebih hidup. Yang biasanya membolos, tiba-tiba muncul, bahkan sampai dini hari.
“Eh siapa tahu malam-malam Miranda bangun dan minta tolong kita untuk membetulkan saluran listrik yang tiba-tiba mati,” pikir bapak-bapak itu
Bayangan itu memang pernah menjadi kenyataan. Agus Maruto, adalah tetangga kami yang bernasib baik karena mengaku sempat masuk ke kamar Miranda untuk memperbaiki lampu listriknya yang mati.
“Ah, betapa romantisnya kamar si jande itu,” katanya.
“Juga bau tubuhnya dalam balutan baju tidur. Kalau saja aye belum punya bini,”imbuh Agus Maruto dengan pikiran menerawang.
Cerita Agus Maruto itu menyebar dari mulut ke mulut. Para bapak lain tentu saja ingin memperoleh pengalaman serupa, bahkan lebih dibanding Agus Maruto. Dalam pandangan mereka kehadiran lelaki tetap dibutuhkan oleh seorang perempuan yang kebetulan single parent seperti Miranda.