Iya, kan? sebagai perempuan, jaminan keamanan dan kenyamanan saat beraktifitas tentu idaman. Dua hal yang kadang masih sulit didapatkan di negeri ini.
Beragam kasus dengan korban perempuan dan anak muncul, bahkan hingga membuat geleng-geleng kepala. Karena kadang, pelaku dan korban adalah orang dekat.
Isu yang diangkat dalam film Like&Share, yaitu revenge porn. Banyak banget korbannya dan udah pasti perempuan yang kena. Itu baru satu isu.
Kasus lain yang membagongkan malah baru kejadian. Iya, saya merujuk kasus di NTB di mana puluhan santri jadi korban bejatnya pimpinan pondok. Padahal niat mereka hanyalah menuntut ilmu.
Belum lagi ada kasus KDRT, yang malah sang istri ditahan hanya karena melawan balik kekerasan yang dialami dari suaminya.
Dalam politik pun, perempuan acapkali jadi sasaran. paling hangat ya Selvi Ananda, istrinya Gibran Wali Kota Solo.
Entah gimana awalnya, mantan Putri Solo yang nggak banyak polah itu tiba-tiba saja jadi sasaran perbuatan kurang ajar netizen di dunia maya. Nggak perlu saya tulis latarbelakang si penyerang, carilah sendiri di media sosial burung biru.
Maka dari itu, bagi saya penting melihat sosok pemimpin yang pro terhadap perlindungan perempuan dan anak. Bukan pemimpin yang sekadar 'comforting' saat bertemu perempuan, tapi serius dalam memperjuangkan hak-haknya.
Sosok pemimpin seperti itu baru saya temukan dalam diri Ganjar Pranowo. Dan setelah saya telusuri, ternyata perlindungan terhadap perempuan itu bukan hanya statemen saja tapi dibuktikan dengan tindakan nyata.
Buktinya adalah keberadaan Perda No 2 tahun 2021 Provinsi Jawa Tengah tentang Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan. Bahkan tahun lalu, Perda nomor 4 tahun 2022 tentang penyelenggaraan Perlindungan Anak juga disahkan.
Kepedulian Ganjar terhadap kesetaraan pada kelompok rentan juga dibuktikan. Seperti melibatkan mereka dalam musrenbang untuk merencanakan pembangun di Jawa Tengah.
Saya pernah menonton alasan Ganjar melakukan itu. Katanya, perempuan dan kelompok rentan lainnya punya persepsi yang berbeda terhadap pembangunan dari birokrat pada umumnya. Ini keren dan out of the box, sehingga perlu digandeng dalam perumusan perencanaan pembangunan.
Belum lagi keberanian Ganjar menempatkan srikandi pada dinas-dinas krusial. Seperti ketenagakerjaan, DPMPTSP sampai Koperasi dan UMKM. Maksud saya, perempuan nggak melulu menjabat (umumnya) DP3AKB atau Dinkes tok.
Mirip Presiden Joko Widodo yang punya srikandi andalan di kabinetnya. Perempuan hebat seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri LHK Siti Nurbaya dan beberapa kementerian lain.
Di berbagai kesempatan, Ganjar juga tidak malu mengakui ketidaktahuannya pada hal-hal detail terkait disabilitas. Seperti akses hingga pendampingan. Ini belum saya temukan di calon presiden atau sosok kuat lainnya.
Sosok calon presiden dari PDI Perjuangan ini sadar betul tindakan afirmasi dibutuhkan untuk pelibatan kelompok rentan. Khususnya perempuan. Terbukti, hasilnya kebijakan dan prioritas pembangunan lebih tepat sasaran.
Misalnya dengan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng atau 5Ng, Bahasa Indonesianya kira-kira Jateng peduli orang hamil. Ini tentu lahir dari berbagai masukan yang Ia terima dari kelompok rentan.
Bagaimana pun, keberlangsungan dan kemajuan suatu daerah juga dilihat dari kualitas sumber daya manusianya. Itu tak lepas dari peran ibu.
Maka kondisi sang ibu jadi penting, karena goal dari program ini pada akhirnya juga beririsan dengan penanganan stunting. Nah, yang saya suka dari Ganjar, di setiap momen terlihat betapa 'gemati'nya Gubernur Jawa Tengah itu pada perempuan.
Sikap ini jarang banget terlihat dari calon presiden lainnya. Paling-paling bertanya sudah berapa bulan kehamilannya, anak ke berapa dan mengingatkan agar rutin kontrol.
Berbeda dengan Ganjar yang kalau ketemu ibu hamil pasti akan ditanyai hal-hal detail. Seperti pengetahuan sang ibu terhadap kesehatan diri, makanan yang harus dikonsumsi dan kondisi si jabang bayi.
Paling sering, yang juga diketahui publik, ketika Ganjar mencecar kades dan bidan desa soal pengetahuan mereka terhadap rakyatnya.
Ganjar tahu tangannya tak bisa menjangkau ke level terkecil, maka dari itu dia selalu rajin mengingatkan agar pejabat pemerintah dan yang terkait untuk paham akan hal itu. Hasilnya, BPS di awal tahun 2023 mencatat AKI Jateng 183/100. Â lebih rendah dibandingkan Jatim 184/100 dan Jabar yakni 187/100.
Kembali lagi pada isu kerentanan perempuan dalam kehidupan sosial. Nggak cuma bikin regulasi dan kebijakan, Ganjar juga menyediakan kanal untuk mereka bisa mengadu yang tentu menjaga kerahasiaan pelapor.
Mereka yang jadi korban kekerasan, diberikan saluran pengaduan lewat website Diyanti Jatengprov. Cara pelaporannya pun mudah, hanya perlu mengisi data dan buktinya saja. Saluran lain adalah lewat Satuan Pelayanan Terpadu yang bisa dikontak pada nomor 085799664444. Sekali lagi, dijamin kerahasiaannya.
Sayangnya, isu seksi ini jarang sekali disorot oleh publik. Pengarusutamaan gender masih dipandang sebelah mata. Padahal keseriusan Ganjar sudah diakui dengan KemenPPA lewat Anugerah Parahita Ekapraya di tahun 2021.
Makanya seperti kalimat pembuka tulisan ini, sebagai perempuan saya menginginkan pemimpin yang benar-benar peduli, tegas dan punya kemauan terhadap urusan perempuan. Begitulah kira-kira.