Keistimewaan itu ditangkap Ganjar Pranowo ketika ziarah ke makam Sunan Muria di Kudus. Ganjar ditemani sang istri, Siti Atikoh begitu meluapkan kekagumannya terhadap ulama pendakwah Islam termuda di antara Wali Songo ini.
Ganjar terkesan dengan jiwa merawat lingkungan yang diselipkan Sunan Muria ketika menyebarkan agama Islam, selain menggunakan media seni dan budaya seperti yang dilakukan oleh ayahnya, Sunan Kalijaga.
Sunan Muria tampaknya begitu giat membagikan semangat menjaga lingkungan. Hal ini terlihat ketika menaruhkan pilihannya tinggal di daerah terpencil dan jauh dari pusat perkotaan dalam menjalankan dakwahnya.
Wali yang memiliki nama asli Raden Umar Said ini dalam riwayatnya memang dikenal memiliki semangat konservasi. Menjaga alam, tepatnya di Gunung Muria yang kini menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.
Sepertinya, upaya pelestarian alam yang dilakukan Sunan Muria terus berjalan hingga sekarang. Terlihat bentang alam di Pegunungan Muria masih terjaga kelestariannya yang begitu elok.
Usaha menjaga keselamatan lingkungan memang tak mudah dilakukan apalagi hanya sebatas membayangkan. Langkahnya begitu rumit dan menyulitkan bila berada di tangan rakus di tengah perubahan iklim yang kian masif.
Orkestrasi yang dilakukan Sunan Muria demi melindungi alam dari kejahatan lingkungan sepertinya dipahami oleh Ganjar Pranowo. Di eranya, pada 2018 silam Gunung Muria ditetapkan sebagai UNESCO Biosphere Reserves. Penetapan cagar biosfer itu sekaligus dengan Karimunjawa, dan Merapi Merbabu Menoreh.
Kita ketahui bersama, pengakuan UNESCO itu tidak menutup kemungkinan menyediakan peluang penelitian yang bukan sekadar konservasi, melainkan juga menggali potensi alam. Di sini, Ganjar menyuguhkan keseimbangan antara konservasi dan kegiatan ekonomi.
Dari aktivitas ekonomi misalnya, seperti pengembangan sektor pariwisata yang telah dilakukan Ganjar Pranowo selama memimpin Jawa Tengah. Bisa dilihat gebrakannya yang memulihkan pertumbuhan ekonomi melalui desa wisata yang berlatar belakang alam. Setidaknya 464 desa di Jawa Tengah disulapnya menjadi wisata kekinian tanpa menggaggu lingkungan.
Desa wisata yang disupport Ganjar itu terus mengoptimalkan potensi yang ada. Bahkan terdapat desa wisata masuk kategori Desa Wisata Berkelanjutan Terbaik versi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2021.
Tak hanya itu, lahan kritis di Jawa Tengah juga dipulihkan sejak awal menjabat. Kini lahan seluas 251.037 hektare telah telah direboisasi. Sebanyak 101 juta batang pohon telah ditanam untuk menghijaukan Jawa Tengah. Kerja keras tanam pohon yang dilakukan Ganjar itu dilakukan menyebar, tak hanya di daratan tetapi juga di lahan-lahan kritis kawasan pesisir.
Gubenur yang sejak muda jadi aktivis pencinta alam itu dalam memperhatikan lingkungan diganjar penghargaan Green Leadership Nirwasita Tantra oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021. Penghargaan itu diberikan karena selama ini Ganjar merumuskan dan menerapkan program kerja perbaikan kualitas lingkungan hidup sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan.
Dalam genggaman Ganjar Pranowo, kepedulian lingkungan yang diajarkan Sunan Muria terbukti terjaga hingga saat ini. Barangkali, nyadran yang dilakukan Ganjar menjelang ramadan ini juga bagian ungkapan atas penetapan cagar biosfer tersebut.
Sebab, bila ditilik kembali, cara yang dilakukan Sunan Muria ini merupakan konsep pengelolaan kawasan yang memiliki tujuan harmonisasi antara kebutuhan konservasi keaneragaman hayati, sosial, dan ekonomi berkelanjutan. Konsep itu merupakan pengertian dari cagar biosfer.