saya sulit mau menulis apa terkait peluncuran buku "pak beye dan istananya" (#1st tetralogi sisi lain sby) di fab cafe, gramedia, grand indonesia, kemarin. belum lagi acara pagi harinya saat secara tidak terduga saya diundang sebagai tamu di acara "apa kabar indonesia pagi" di tvone. terkait apa yang terjadi saat peluncuran buku dan bagaimana saya grogi di depan mbak indie rachmawaty, lebih baik orang lain saja yang menuliskan. itu pun kalau dirasa perlu dan punya waktu seperti dilakukan beberapa kompasianer. untuk kompasianer yang baik hati dengan tulisan berisi apapun, saya ucapkan terima kasih dari ketulusan hati. apa pun uraian, tanggapan, dan penilaian akan berusaha saya cerna. saya yakin, bagaimana pun bentuknya, pasti ada niat baik di balik itu semua. mungkin soal waktu saja bagi saya untuk bisa menemukan kebaikan dari itu semua. sekali lagi terima kasih untuknya. kepada semua yang hadir di fab cafe, grand indonesia, saya ucapkan terima kasih juga. apalagi sampai mau membeli bukunya segala. padahal, sejak pertama saya menulis, medio september 2008, saya sudah nyatakan, apa yang saya tulis tidak penting. apalagi, sampai ada yang antre minta tanda tangan segala. sudah saya katakan kepada yang membeli buku, apa pentingnya tanda tangan? karena tetap nekat, saya tetap melayani juga. toh, sepasang tangan yang melekat di tulang belikat saya juga cuma-cuma. kenapa lantas berat hati memberikan kepada yang meminta? begitu bunyi batin saya setelah gagal meyakinkan mereka yang mengaggap pentingnya tanda tangan setelah membeli buku. soal buku itu dan tiga buku plus satu yang akan diterbitkan, saya sendiri tidak menduga. sama sekali. semua mengalir karena tuntunan semangat berbagi. ya, berbagi saja kepada anda semua. saya merasa, apa yang tercerap indera saya terkait pak beye dan istananya datang cuma-cuma. karena itu, saya bagikan juga kepada anda dengan cuma-cuma di blog keroyokan ini. apa yang kita terima dengan cuma-cuma memang sudah seharusnya dibagikan juga cuma-cuma. tentang isi bedah buku yang disampaikan oleh kang pepih nugraha, mas effendy gazali, dan mbak linda djalil dengan dipandu mbak tina talisa, saya merasa seperti di pompa kepala saya. karenanya, saya mencoba mencerna apa yang dipompakan untuk kepala saya. saya khawatir, kepala saya akan membesar sebesar tabung gas tiga kilogram yang tiba-tiba bisa meledak karena lupa proporsionalitasnya dengan keseluruhan diri saya. karena itu, untuk apa pun uraian, tanggapan, penilaian, dan terutama kritikan, saya terima dengan lapang dada. bukan sok mau merendah atau apa pun nama mulianya. bukan. kelapangan dada saya coba buka untuk mencegah kepala saya membesar dan meledak. saya masih sayang kepala saya. karena itu, dengan kelapangan dada yang menjadi tempat hati saya bersemayam, saya ingin mencerna semua. karena tidak menduga semua ini terjadi, bantu saya mengatasi grogi yang selalu saja menghantui dan membuat perut ini rasanya aneh sekali. apalagi, jumat sore pak beye dan istananya sudah dijadwalkan hadir di "metro hari ini" metrotv. untuk itu, bantu saya mengatasi gangguan perut yang rasanya aneh sekali saat grogi. salam grogi. [caption id="attachment_216906" align="alignnone" width="500" caption=""pak beye dan istananya" di tangan mbak indy rachmawaty di "apa kabar indonesia pagi", 4 agustus 2010. tempat di wisma nusantara, jakarta. (pbk.2010)"][/caption] [caption id="attachment_216908" align="alignnone" width="500" caption="mbak indy rachmawaty minta diperbaiki riasannya di tengah dialog tentang "pak beye dan istananya" di "apa kabar indonesia pagi". tempat di wisma nusantara, jakarta. (pbk.2010)"][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL