"di jalanan, kami sandarkan cita-cita. sebab di rumah, tak ada lagi yang bisa dipercaya." (bongkar, iwan fals/sawung jabo, swami i, 1989)
sistem tata negara memang telah berubah seperti tertuang dalam empat kali perubahan konsitutusi. namun, pertanyaan mendasar ini masih belum terjawab dengan meyakinkan: apakah perubahan itu membawa kebaikan untuk rakyat kebanyakan?
tentang perubahan, jargon itu sudah membuat rakyat terpikat sepanjang kampanye pemilu presiden dan wakil presiden 2004. keterpikatan itu dilanjutkan lebih meyakinkan dengan kemenangan pak beye hanya dalam satu putaran dalam pilpres 2009.
dua kemenangan pak beye menumbuhkan harapan akan dilanjutkannya perubahan lima tahun mendatang. pak beye sadar, lima tahun saja tidak cukup untuk menghadirkan perubahan. ibarat membangun rumah, lima tahun hanya sempat membangun pondasi.
setelah lima tahun yang hampir tuntas, pondasi seperti apa yang telah dibangun pak beye? dunia internasional memang kerap memberi apresiasi atas perubahan yang dilakukan pak beye.
menjelang pilpres 2009, pak beye disejajarkan dengan presiden amerika barack obama, kanselir jerman angela merkel, perdana menteri inggris gordon brown oleh majalah time. pak beye berada di urutan sembilan dalam 100 tokoh dunia paling berpengaruh dalam kategori leaders and revolutionaries. bayangkan, urutan ke sembilan. sebuah urutan angka yang digemari pak beye.
sebelum edisi 100 tokoh time edar awal mei 2009, mahkamah agung indonesia memutuskan memenangkan time untuk perkara peninjauan kembali yang diajukan time dalam kasus pencemaran nama baik pak harto. putusan dengan nomor 273/PK/PDT/2008 keluar pertengahan april 2009.
nyaris 10 tahun time menunggu kemenangan ini setelah dalam edisi 14 mei 1999 menurunkan laporan utama tentang kekayaan pak harto berjudul "soeharto inc. how indonesia's longtime boss built a familly fortune". semua ini bisa jadi kebetulan belaka mengingat time bermarkas jauh di amerika.
namun, dengan bekal edisi 100 tokoh time itu, kampanye pak beye yang dikelola anak muda didikan amerika dengan nama fox indonesia dibuat secara masif dalam pilpres 2009. secara meyakinkan, pak beye dan pak boed menang.
sebelum sukses menggarap pak beye dan pak boed, secara nasional, fox indonesia sukses mengantar rartai demokrat meraih suara tiga kali lipat dan menang dalam pemilu legislatif 2009. setelah dua sukses itu, pak ical digarap fox indonesia. pak ical menang menjadi ketua umum partai golongan karya mengalahkan pak surya.
setelah sukses pak ical, calon ketua umum partai lain mulai menghubungi fox indonesia agar dibuatkan jalan menuju sukses. akhir dari sukses itu bisa diraba seperti telah dilakukan pak ical, merapat ke cikeas. tidak mengejutkan memang karena sejak pilpres 2009, pak ical memang lebih kerap terlihat di antara pak beye dan pak boed daripada ke pak kalla dan pak wiranto.
selain di tingkat nasional, fox indonesia juga telah menerima order calon gubernur dan bupati sejumlah daerah. umumnya mereka kader demokrat yang ingin menjadi penguasa daerah untuk memperkuat pemerintah pusat yang terpecah-pecah setelah reformasi melahirkan otonomi. sebuah cita-cita besar yang mulia untuk pondasi kokoh membawa perubahan yang akan dilanjutkan tentunya.
kokohnya pondasi ini yang menjadi obesesi. didapatnya dukungan langsung dari rakyat sebanyak 73.874.562 suara atau 60,80 persen dirasakan kurang menjamin. untuk memperkokoh jaminan itu, parlemen yang dikuasai partai demokrat yang dibina pak beye diamankan. ikatan jabatan menteri dalam bentuk koalisi dilakukan.
koalisi memang sudah diikrarkan sejak awal kampanye pilpres 2009. namun, menjelang pembentukan kabinet, koalisi itu diteguhkan. kemenangan pak ical atas pak surya di golkar melegakan. dukungan pak ical menambah kekuatan. demokrat bersama pks, pan, ppp, pkb, dan golkar menguasai 423 dari 550 suara di parlemen atau lebih dari 75 persen.
di mpr, pdi-p yang tidak seiring sejalan dengan demokrat di parlemen diikat dengan kehadiran suami ketua umum pdi-p. ucapan selamat pak teka untuk pak beye dan pak boed mewakili bu mega dan akrabnya hubungan pak teka danegan pak beye setelahnya menggambarkan bagaimana ikatan keduanya dan lembaga yang dipimpinnya.
rakyat belum lupa bagaimana keduanya saling serang dengan tema utama "jenderal kekanak-kanakan" yang justru mengantar pak beye ke Istana. hubungan keduanya kini terlihat sangat mesra. mungkin mereka berdua sudah lupa atau lapang dadanya saling menerima salah dan alpa.
pemerintah sudah. dpr sudah. mpr sudah. lembaga-lembaga negara tampaknya juga tengah "ditata dan dikelola". kejaksaan sudah aman karena hadirnya pak hendarman yang dekat dengan keluarga cikeas. komisi pemberantasan korupsi (kpk) juga telah diselamatkannya di tengah gonjang-ganjing penuh kontroversi. polri dan tni sebagai alat negara demikian juga.
terpusatnya semua kekuatan tentu dimaksudkan untuk mempercepat perubahan yang hendak dilanjutkan untuk peningkatan kesejahteraan. lima tahun periode pertama telah memberi gambaran terkurasnya energi untuk hal-hal yang tidak penting karena akrobat politisi musiman di parlemen yang minta perhatian.
namun, kekhawatiran kerap muncul karena aliran semua saluran hanya ke satu kanal. kekhawatiran itu tidak diharapkan menjadi nyata dan membuat sejarah 11 tahun lalu berulang dan memaksa pak harto turun.
sebelum pak harto turun, kami lebih dahulu turun ke jalan selama berbulan-bulan. sebelas tahun lalu, dpr, mpr, dan semua lembaga negara terpusat ke satu kanal. jalanan adalah kanal yang bebas dari penguasaan. di jalanan aspirasi tersalurkan dan menjadi kanal perubahan.
mari kita tunggu. perubahan mana yang akan datang lebih awal. saya berharap sejarah tidak berulang dan kita tidak perlu lagi turun ke jalan.