pak goerge junus aditjondro mungkin sudah menduga sebelumnya. karena itu, meledaknya, dicari-carinya, dan dihindarinya menjual buku membongkar gurita cikeas menimbulkan tanda tanya dalam dirinya. pak aditjondro heran dengan ketakutannya toko buku besar untuk mengedarkan buku hasil kompilasinya. setelah hampir tiga minggu berlalu, terbukti buku yang menghebohkan judul dan gambarnya itu tidak lagi dicari-cari mereka yang penasaran. keingintahuan orang akan kehebohan yang ditakut-takutkan hanya bertahan seminggu saja. setelah itu, kondisi kembali normal. minggu lalu, misalnya. saat mengantar isteri belanja bulanan di jalan magelang, jogjakarta, saya melihat buku pak aditjondro dijajakan di emperan. tidak ada orang berkerumun untuk melihat atau menawar. harga rp 100.000 yang dipatok mungkin membuat orang yang masih penasaran berpikir ulang. bagi saya, uang rp 100.000 untuk buku yang isinya tidak lebih dari kompilasi dan klipingan berita terlalu mahal. tidak perlu doktor lulusan luar negeri untuk bisa melakukan. di istana, kompilasi dan klipingan berita itu biasa dilakukan anak magang yang belum lulus sekolah menengah atas. maaf untuk mengatakan apa yang saya rasakan. apa yang anda rasakan tentu saja berbeda. dan itu sah-sah saja. setelah melihatnya dijajakan di emperan tanpa kerumunan orang yang penasaran di jalan magelang, buku membongkar gurita cikeas saya saksikan dijual juga di emperan taman budaya yogyakarta. sama seperti di jalan mageleng, tidak ada kerumunan orang yang penasaran. menurut penjaja buku, sepanjang hari belum ada seorang pun yang membeli buku yang begitu menghebohkan akhir desember lalu. padahal, harga sudah diturunkan. tidak lagi rp 100.000 seperti di jalan magelang, tetapi rp 60.000. karena saya pikir pak aditjondro sudah menduga akan seperti apa bukunya, saya tidak terlalu kasihan padanya. yang saya beri rasa iba adalah buku tandingan atau bantahannya. tidak hanya satu, meskipun yang membuat berbeda. buku yang membuat saya iba akan nasibnya itu adalah "hanya fitnah dan cari sensasi" karangan mas setyardi negara dan "cikeas menjawab" karangan mas garda maeswara. yang membuat saya iba adalah niat mas garda dengan bukunya. seperti dikatakannya, mas garda tidak punya niat lain selain ingin menunggangi momentum dicari-carinya buku membongkar gurita cikeas. ini yang membuat saya iba meskipun sah-sah saja karena namanya juga usaha. saya hanya berdoa agar buku yang disusunnya dengan cara seperti cara pak aditjondro laku juga. selain iba, saya juga menyisakan rasa khawatir juga. bukan soal akan adanya pemberangusan karya dalam bentuk buku, tetapi kekhawatiran saya terutama pada gurita. meskipun samar-samar, saya merasakannya nyata. sekali lagi ini soal rasa ya, bukan fakta. jadi bisa saja anda merasa hal yang berbeda. tidak mengapa. soal rasa khawatir saya ingin saya ungkap dengan bantuan wikipedia yang bertutur tentang gurita. berikut saya kutipkan untuk anda. semoga bisa membantu anda membayangkannya dan memiliki rasa khawatir seperti saya. gurita memiliki 8 lengan (untung bukan sembilan) dengan alat penghisap berupa bulatan-bulatan cekung pada lengan yang digunakan untuk bergerak di dasar laut dan menangkap mangsa. gurita sangat cerdas dan kemungkinan paling cerdas di antara hewan invertebrata. gurita memiliki tiga mekanisme pertahanan diri: kantong tinta, kamuflase, dan memutuskan lengan (oh teganya. agak melayu sedikit enggak apa-apa ya hahaha). satu-satunya manfaat gurita seperti ditampilkan di wikipedia adalah dapat dijadikannya gurita sebagai makanan bagi rakyat. terutama yang lama menahan lapar tentunya. salam gurita. [caption id="attachment_57020" align="alignnone" width="500" caption="pak aditjondro memaparkan isi buku membongkar gurita cikeas saat praluncur di jogja, akhir desember 2009. (2009.wisnunugroho)"][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL