setelah pidato kenegaraan dengan interupsi karena tidak dinyanyikannya lagu kebangsaan indonesia raya, pikiran dan perhatian pak beye tertuju pada tanggal 18 agustus 2009. di arena pekan raya jakarta tempat bu hartai murdaya poo duduk sebagai presiden direktur, pak beye akan tampil menyampaikan pidato penerimaan atau dalam tradisi amerika serikat disebut sebagai acceptance speech. 1808. mata dan telinga akan teruju ke kemayoran. siaran televisi yang bersaing menjadi yang terdepan dalam hal pemberitaan pasti akan berebutan menyiarkan. di panggung yang disiapkan untuk undangan sekitar 3.000 orang, pak beye akan tampil. dari kemayoran ke kemayoran. itu mungkin pesan yang ingin disampaikan. dari kemayoran lah pak beye dan pak boed mengawali masa kampanyenya. dari kamayoran pula, rencana besar pemenangan untuk pemilu legislatif dan pemilu presiden 2009 dirancang, diekskusi, dan dirayakan kemenangannya. kantor depepe partai demokrat memang ada di jalan pemuda, rawamangun. akan tetapi, kemayoran justru lebih sentral dalam hal mengemban peran. sentralnya peran kemayoran bagi saya juga tergambar dengan hadirnya dua sosok di jajaran elite dan pimpinan partai demokrat. dua sosok itu secara struktural memang tidak ada di jajaran pimpinan. namun, aksesnya kadang melebihi mereka yang nyata ada dalam jajaran pimpinan struktural. dua orang itu pasti sudah anda ketahui. saya hanya ingin membagi foto saja agar anda yang belum tahu ikut mengetahui. namanya bu hartati murdaya poo dan pak totok. [caption id="attachment_3133" align="alignnone" width="500" caption="bu hartati kepanasan saat tampil di panggung bersama jajaran pentinggi partai demokrat (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] [caption id="attachment_3134" align="alignnone" width="500" caption="pak totok berdiskusi dengan pak adang di kursi vvip saat kampanye terakhir pak beye di gebeka (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] ngomong-ngomong, kenapa sebagai kepala negara (bukan kepala pemerintahan), pak beye kok lupa juga ya soal lagu indonesia raya yang harus dinyanyikan? apakah persiapan pidato untuk tanggal 1808 begitu menyita perhatiannya sehingga hal detail yang substansial justru terlewatkan? apa dugaan anda?
KEMBALI KE ARTIKEL