[caption id="attachment_1215" align="alignleft" width="300" caption="pak beye dan pak kalla dalam salah satu pertemuan empat mata di ruang kerja pak beye (wisnunugroho/kompasiana.com)"][/caption] pak beye akhirnya tampil di podium garuda pada tanggal yang sudah ditetapkan, 9 November 2006. tanggal pilihan yang tampaknya kerap dikeramatkan. sembilan (9). saat tampil, pak beye berujar, ”dalam manajemen pemerintahan, saya yang paling bertanggung jawab atas efektif atau tidaknya manajemen pemerintahan itu.” pernyataan itu dikemukakan pak beye untuk mengakhiri polemik antara pendukung partai demokrat dan partai golkar terkait pembentukan unit kerja presiden untuk pengelolaan program dan reformasi (ukp3r). ukp3r dibentuk dengan keputusan presiden nomor 16 tahun 2006 tertanggal 29 september 2006. perlu waktu sebulan sebelum pak beye tampil mengambil alih polemik dan menegaskan posisi dan kewenangannya dengan dasar uud 1945. pertahanan terakhir di kemukakan di tengah bergelombangnya serangan. dalam pasal 4 ayat 1 uud 1945 ditegaskan, ”presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut undang-undang dasar", sementara dalam pasal 4 (2) dinyatakan, "dalam melaksanakan kewajibannya presiden dibantu oleh satu orang wakil presiden". [caption id="attachment_1221" align="alignleft" width="206" caption="maaf saja, anda hanya penumpang. saya sopirnya (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] sebelum penegasan itu, ada dua pertemuan empat mata antara pak beye dan pak kalla di ruang kerja pa beye yang dibangun bu mega. pertemuan empat mata pertama (3/11/2006) diakhiri dengan berkendara mobil golf mengelilingi istana kepresidenan. pak beye memegang kendali, pak kalla menumpang. sebuah simbol ingin disampaikan kepada penyerang pak beye dan tampaknya mengena. seperti pertemuan empat mata sebelumnya, tidak pernah ada keterangan resmi tentang pertemuan itu. sanya simbol-simbol yang diperlihatkan dan sulit ditangkap maknanya seperti mobil golf, sopir, dan penumpang. simbol yang selalu dibawa pak kalla untuk setiap pertemuan empat mata adalah buku berwarna biru dalam map dan berlembar-lembar berkas. selain dua pertemuan empat mata untuk kemelut ukp3r, pertemuan empat mata lain tercatat pada april dan oktober 2007. pertemuan dilakukan untuk membahas perombakan kabinet kedua dan evaluasi tiga tahun pemerintahan mereka berdua yang mengikat janji "bersama kita bisa". empat pertemuan empat mata di atas dilakukan di ruang kerja pak beye di dalam kantor presiden. ruang kerja pak beye dipilih sebagai tempat pertemuan karena masalah yang dibahas terkait dengan pekerjaan mereka berdua sebagai presiden dan wapres. pilihan tempat berbeda dilakukan untuk pertemuan empat mata kelima. rumah kediaman pribadi pak beye di puri cikeas indah dipilih sebagai tempat pertemuan. pilihan pada cikeas tampaknya merupakan bagian dari upaya konsisten pak beye untuk memisahkan tugas kenegaraan dan tugas kepartaian yang sama-sama diembannya sebagai orang utama. cikeas juga dipilih sebelumnya sebagai tempat jumpa pers paling aneh setelah pengandaian angka 2,5 persen untuk partai golkar dalam pemilu 2004 mengemuka. angka di akhir rapimnas partai demorkat itu memunculkan perlawanan dari kader golkar. untuk angka ini, kader partai golkar yang sebelumnya tidak memiliki orientasi menjadi memiliki alasan untuk konsolidasi. rasa tidak nyaman hubungannya dengan pak kalla dan golkar dinetralkan pak beye dengan jumpa pers. wakil ketua dpp partai demokrat achmad mubarok ditegur di depan media oleh pembinanya. pertemuan empat mata pak beye dan pak kalla diharapkan meredakan ketegangan laten antara partai golkar dan partai demokrat yang masih harus mengemban mandat rakyat hingga 20 oktober 2009. ketegangan golkar dan demokrat dikatakan laten karena memang kerap muncul lantaran memang banyak pemicunya. karena dua partai itu menempatkan pak beye dan pak kalla sebagai figur sentral, ketegangannya berimbas juga pada ketegangan antara pak beye dan pak kalla. ketegangan paling sengit terakhir yang mengemuka antara pak beye dna pak kalla berikut gerbong pendukungnya terjadi saat pembentukan ukp3r. golkar lewat kadernya menyerang bahwa unit itu tidak diperlukan karena tugas koordinatif pelaksanaan pemeritahan sudah built-in di kabinet. terhadap serangan dan penolakan ini, demokrat dengan kadernya berujar, golkar tidak berkeringat untuk pemenangan pak beye dan pak kalla dalam pilpres 2004. karena tidak berkeringat, golkar dinilai tidak pantas mengemukakan keberatannya. sahammu berapa? ketegangan paling sengit ini diakhiri saat rapimnas golkar, november 2006. sebelum pembukaan rapimnas golkar, pak beye datang ke rumah dinas pak kalla untuk bersilaturahmi dengan pengurus partai penolak ukp3r. di pengujung pertemuan, sekretaris jenderal golkar letjen (purn) sumarsono memberi jaminan dukungan golkar untuk pak beye dan pak kalla sampai oktober 2009. hampir mirip dengan ketegangan karena angka 2,5 persen, muncul wacana yang keras dari pengurus golkar di daerah untuk mencabut dukungan kepada pak beye dan pak kalla. namun, itu semua tanyata hanya gertakan. ujung rapimnas golkar berkeputusan, golkar menempatkan diri sebagai mitra strategis pemerintah pimpinan pak beye. tidak jelas strategis kemitraan itu di mana. saya hanya menduga-duga saja: golkar tidak punya tokoh kuat dan populer tetapi memiliki kekuatan terbesar di dpr. sebaliknya, demokrat memiliki tokoh kuat dan populer tetapi lemah di dpr. sadar dengan strategisnya kemitraan atau saya menyebutnya sebagai cacat bawaan, golkar dan demokrat jalan sendirian. jika terus akan bersama, tentu saja harus ada pembaruan perjanjian karena golkar ingin saham besarnya juga diperhitungkan. menjelang pemilu legislatif, ancang-ancang membuat itung-itungan perlu dilancarkan. menurut saya, empat mata ke lima di cikeas adalah upaya mengelola sejumlah kemungkinan. tentu saja termasuk kemungkinan untuk kembali bersama karena ”cacat bawaan” demokrat dan golkar yang sulit disembuhkan. untuk menyempurnakan "cacat bawaan", demokrat lewat pengandaian 2,5 persen minta agar kader golkar dikonsolidasikan agar perolehan suada di dpr dapat dimaksimalkan. dengan konsolidasi itu, golkar dinilai pantas duduk berdampingan dengan demokrat yang memiliki "cacat bawaan" berupa kelemahan di dpr. bukankah pasang surut hubungan kerap menjadi pememperkokoh ikatan dan penumbuh keyakinan akan kemampuan mengatasi tantangan di depan?
KEMBALI KE ARTIKEL