menunggu orang yang tidak juga kunjung datang bisa memunculkan marah yang meledak-ledak. kejadian di kantor presiden, 3 desember 2008 adalah salah satu contoh dari dampak menunggu. pak beye meledakkan marahnya setelah lebih dari 30 menit harus menunggu pak nirwan bakrie. marahnya pak beye sebenarnya bukan hanya karena harus menunggu pak nirwan bakrie yang diundang pukuk 12.00 tapi datang dengan santainya pukul 12.35. pak beye tentunya marah terutama karena lapindo brantas yang menyebabkan sejumlah kecamatan di sidoarjo hilang dari peta tidak bertanggung jawab. janji membayar sisa 80 persen ganti rugi yang jatuh tempo 1 desember 2008 diingkari. [caption id="attachment_772" align="alignleft" width="300" caption="canda menteri soal timun sebelum pak beye datang (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] disamping marah, menunggu di kantor presiden bisa juga menyenangkan. foto yang saya ambil 2006 misalnya. tiga menteri koordinator yaitu menteri menko kesra pak aburizal bakrie, menko perekonomian pak boedino, menko polhukam pak widodoa as, dan meneg ppn/kepala bappenas paskah suzetta bercanda dengan ketimun yang dibawa pak ical. entah dari mana pak ical membawa ketimun itu karena rapat kali itu sama sekali tidak berhubungan dengan ketimun yang dibawanya. rapat membahas status hukum elkabeen antara. [caption id="attachment_773" align="alignleft" width="300" caption="pak tanto sesaat sebelum diganti iseng dengan kamera pinjamannya (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] selain bercanda, saat menunggu datangnya pak beye memimpin rapat adalah saat para pembantunya bisa rileks, bercanda, dan menjadi dirinya. kepala kepolisian indonesia pak sutanto misalnya. beberapa hari sebelum diganti juniornya, pak tanto diundang rapat di kantor presiden. kesempatan terakhir rapat di kantor presiden itu dimanfaatkannya untuk memotret apa saja dari tempat duduknya. tentu saja, acara potret memotret itu dilakukan saat menunggu pak beye yang akan memimpin rapat datang. [caption id="attachment_775" align="alignleft" width="300" caption="mbak ani memotret pak tanto saat menunggu pak beye datang (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] aktivitas menunggu yang kurang lebih sama dilakukan menteri keuangan yang sekarang dipercaya juga sebagai pejabat menko perekonomian mbak ani. dengan kamera yang dipinjamnya, mbak ani meminta pak tanto berpose dengan latar belakang garuda dan kursi pak beye yang akan memimpin rapat. pak tanto yang biasa difoto memberi senyum terbaiknya. sambil memberi aba-aba, mbak ani terus bercanda yang kemudian memancing tawa pak tanto dan sejumlah menteri yang telah tiba. [caption id="attachment_776" align="alignleft" width="300" caption="gaya pak beye jadi panutan para ajudan saat menunggu (wisnunugroho.kompasiana.com)"][/caption] keasyikan menunggu tanpa marah juga dilakukan ajudan para pejabat yang kerap dipanggil pak beye ke kantor presiden. lamanya waktu rapat dimanfaatkan para ajudan untuk membuat beraneka kegiatan. kegiatan yang tidak pernah terlewatkan, terutama untuk para ajudan yang jarang ke kantor presiden adalah bergaya di depan kamera. gaya seolah-oleh sedang berpidato seperti pak beye adalah pose paling standar yang dilakukan. tidak lupa, podium garuda dijadikan penandanya. ngomong-nomong soal menunggu, sekarang saya sedang menunggu apakah pak beye akan marah lagi atau tidak. menurut bupati sidoarjo, janji pak nirwan bakrie untuk mencicil 80 persen sisa ganti rugi per bulan rp 30 juta juga tidak juga ditepati. saya sih berharap pak beye marah lagi. marah karena pengingkaran pak nirwan ini dipastikan akan membuat citra positif mengikuti. soal apakah setelah marah itu rakyat korban lumpur lapindo mendapat ganti rugi sesuai janji, itu perkara lain lagi. toh, nanti bisa marah lagi sampai tiga kali dan bisa minta kepada foxindonesia untuk dibuatkan iklan politiknya. heheheh. tapi, kira-kira, melihat potensi konflik kepentingan di sana, mau enggak ya foxindonesia membuatkan iklannya seperti iklan tiga kali penurunan bebeem yang diklaim seenaknya agar pesan iklan axis versi pak beye muncul di sana? saya menunggu senin tiba.
KEMBALI KE ARTIKEL