Azis membentangkan tikar untuk alas dia tidur diruang tamu itu. Suasana malam semakin larut. Direbahkannya tubuhnya diatas tikar yang telah dibentangnya, dicobanya untuk memejamkan matanya, namun sang mata sulit untuk diajak berkompromi. Pikirannya melayang jauh entah kemana mana. Sebentar dia teringat akan ibunya, kemudian wajah ayahnya melintas dihadapannya. Lalu wajah Meilan. Semua bayangan bayangan itu bermain main di kornea matanya.
KEMBALI KE ARTIKEL