Digelarnya Festival Kampung Tugu yang merupakan salah satu dari 12 Destinasi Wisata Pesisir di Jakarta Utara, ini diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisata mancanegara. Buktinya, lima duta besar (Dubes) dari Republik Portugal, Kerajaan Belanda, Republik Brasil, Republik Mozambik, dan Republik Timur Leste akan menghadiri Festival Kampoeng Tugu.
Menurut Nany Ophir Yani, Kasudin Kebudayaan Jakarta Utara, festival ini akan menggelar berbagai kegiatan dan menampilkan kesenian tradisional Kampung Tugu. Seperti kesenian Keroncong Toegoe, yang menjadi kesenian khas yang dimiliki Jakarta Utara. “Melalui acara ini diharapkan mampu mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik. Sebab dalam festival ini akan digelar berbagai kegiatan dan penampilah kesenian tradisional Kampung Tugu sekaligus menandai sejarah keberadaan Portugis di Jakarta,” ujar Nany O.Y
Nany O.Y juga menjelaskan, kegiatan yang akan digelar di Gereja Tugu Cilincing itu bakal dihadiri lima duta besar dan masyarakat negara sahabat yang terkait dengan sejarah Portugis di Jakarta, yakni Republik Portugal, Kerajaan Belanda, Republik Brasil, Republik Mozambik, dan Republik Timur Leste. “Masyarakat Tugu memiliki satu kekhasan dan kekayaan di Jakarta. Mereka adalah masyarakat keturunan Portugis yang eksis sejak 1661 di kawasan Tugu,” ujar Nany.
Sebagai salah dari 12 jalur destinasi wisata pesisir, Nany menambahkan, Festival Kampung Tugu diharapkan mampu mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik. Sekaligus meningkatkan jumlah investasi di bidang kebudayaan dan pariwisata serta penghasilan masyarakat di sekitar Kampung Tugu. “Dalam Festival Tugu,salah satu penampilan yang akan menjadi daya tarik adalah kolaborasi keroncong tugu dengan musik jazz legendaries Ireng Maulana. Selian itu bakal ada bazaar berbagai makanan khas Kampung Tugu,” ungkapnya.
Dikatakan Nany O.Y, sejauh ini, populasi warga Kampung Tugu diperkirakan mencapai 1.200 jiwa. Sebagian besar masih menetap di kawasan itu dan merupakan keturunan dari bangsa Portugis. Sisanya menetap di negeri kincir angin Belanda. Mereka adalah keturunan warga Tugu yang pada 1950 melakukan eksodus ke Hollandia (Jayapura, Papua), sebelum kemudian berimigrasi ke Belanda lewat Suriname. “Masyarakat Kampung Tugu kini ikut menjadi bagian dari masyarakat Jakarta yang majemuk. Warisan kebudayaannya yang khas, termasuk musik keroncongnya,” katanya, seraya menambahkan, bahkan dapat dianggap sebagai bagian dari kekayaan kebudayaan nasional yang tidak ternilai harganya.