Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Nasionalisme Tidak Hanya Milikmu, Atau Milikku, Tapi Milik Kita Bersama

17 Juni 2010   09:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:28 167 0
Siang ini saya tidak bisa menikmati cumi goreng tepung yang baru saja dihidangkan oleh tetangga sebelah kamar. Bukan karena saya masih meratapi kekalahan Spanyol, tim jagoan saya di Piala Dunia 2010 ini, atas Swiss tadi malam, melainkan karena isi sms dari salah satu teman SMP saya yang saat ini masih menempuh studi di Universitas Cendrawasih, tanah Papua.
Dalam sms nya, ia merasa heran ketika di tepi salah satu jalan arteri di teritorial Kota Jayapura, berkibar 3 bendera dengan gagah,yang kesemuanya adalah bendera kebangsaan negara asing yakni 2 bendera Belanda, 1 Bendera Inggris (selama beberapa hari). Selidik punya selidik, ia mengetahui dari masyarakat sekitar bahwa bendera tersebut dikibarkan bukan karena makna politis , hanya sebatas bentuk dukungan kepada tim sepakbola Belanda dan Inggris di Piala Dunia 2010.
Namun demikian, sebagai cucu dari salah satu pejuang Trikora, saya dapat mahfum perasaan yang ia alami saat ini. Sekedar mereview, salah satu bunyi Trikora yang dikumandangkan Presiden Soekarno, “Kibarkan Sang Merah Putih di seluruh Tanah Papua Barat”. Sangat jelas, dan tegas.
Apa yang ia lihat saat ini tentu sangat mencabik perasaannya, seolah perjuangan sang kakek yang mengorbankan nyawa demi berkibarnya Sang Merah Putih menjadi sia-sia. Kecewa jelas, sedih itu pasti. Ia sangat menyayangkan sikap aparat pertahanan dan keamanan yang diam saja, seolah-olah hal itu adalah hal biasa, padahal bendera berkibar tak jauh dari markas aparat teritorial setempat. Mungkin dalam  batinnya: Bagaimana mungkin dalam wilayah yang setiap jengkal tanahnya diperjuangkan dengan tetesan darah, dapat berkibar bendera kebangsaan negara lain.
Saya pribadi, menilai bahwa ini adalah insiden yang memalukan. Sudah lunturkah doktrin nasionalisme yang ada di jiwa para aparat?? Setahu saya, jika ada pengibaran Bendera Bintang Kejora, tanpa dikomando pun, akan segera diturunkan. Tidak hanya itu, sang pelaku akan diburu dan segera dijerat dengan pasal Makar. Tindakan yang tegas. Namun dengan tidak adanya tindakan yang dilakukan terkait kasus yang diceritakan teman saya tersebut, jika saya merujuk pada artikel saya sebelumnya, saya jadi bertanya-tanya: Mungkin Papua memang bukan di Indonesia.
Tulisan ini saya buat tanpa tendensi apapun, hanya meneruskan kekecewaaan teman dan mengungkapkan kegalauan hati atas jalan panjang menegakkan nasionalisme di Republik ini. Saya pun tidak tahu apakah sampai dengan saat ini bendera tersebut masih gagah berkibar atau sudah diturunkan aparat berwajib. Sayang sekali teman saya tidak mengirimkan foto sebagai bukti otentik karena takut mengambil gambar yang dapat membahayakan keamanannya. Saya hanya berharap, semoga tulisan ini dapat dibaca oleh banyak pihak,dan saya bersyukur jika Presiden SBY berkenan membacanya agar mengetahui bahwa di belahan bumi nusantara yang jauh, masih ada rasa nasionalisme yang melekat di hati masyarakat, namun jika tidak konsisten ditegakkan, maka nasionalisme itu akan luntur, layaknya tanaman yang layu jika tak disiram air.

Salam kompasiana.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun