Kelebihan dari buku yang terus mengalami revisi, berupa luasnya materi pembelajaran. Teks-teks sastra dalam buku tematik siswa, khususnya di Sekolah Dasar menjadi payung bagi pengembangan mata pelajaran yang lain. Buku siswa dan buku guru sekarang sudah padu. Terdapat pembelajaran yang terdiri atas tema-tema, dari tema-tema tersebut dibagi ke dalam beberapa sub tema, Â dari sub tema itu terbagi ke dalam enam tahap pembelajaran. Setiap pembelajaran terdapat teks bacaan yang menjadi pengantar bagi mata pelajaran yang lain.
Tak tertinggal pula dongeng-dongeng yang baik dalam penyajiannya disertai gambar yang menarik. Tentunya dapat menumbuhkan jiwa-jiwa literasi sejak dini kepada peserta didik. Pembelajaran di kelas pun cukup menarik dengan pendidik yang sudah dibekali pengetahuan melalui diklat. Hal tersebut merupakan wujud keseriusan pemerintah dalam dunia pendidikan khususnya pengembangan literasi.
Literasi sastra sering kurang diminati oleh peserta didik. Mereka lebih suka memanfaatkan waktu luang untuk bermain-main daripada menggunakan waktu untuk membaca. Salah satu faktor berupa kurangnya pengenalan dan bimbingan pembelajaran sastra di sekolah. Padahal dengan sastra, membuat kita lebih berekspresi tidak saja melalui lisan, tetapi juga bisa dalam bentuk tulisan.
Realita dewasa ini, banyak siswa Sekolah Dasar lebih menyukai pembelajaran menggambar, pramuka, Olahraga, dan lainnya dibandingkan dengan pembelajaran sastra. Dalam mengatasi hal tersebut, guru harus menciptakan pembelajaran yang inovatif dengan model pembelajaran yang bervariasi agar tidak monoton. Misalnya dengan Mas Perta Beta, Mas Sayang, dan lain sebagainya.Â